Halaman Terakhir Puisi




Sebelum Rindu Tiba


aku ingin tetap memiliki rindu sekalipun kita telah tinggal serumah; misalnya aku di ruang tamu, kau di dapur atau kau di halaman sedang menyiram tanaman, aku di dalam kamar.

aku ingin tetap memiliki rindu sekalipun kita telah tidur seranjang; misalnya aku akan memejamkan mata sebelum kau tertidur dan aku akan bangun lebih awal darimu.

aku belajar pada rindu-rindu kecil sebelum tiba rindu yang besar; misalnya saat aku atau kau pergi meninggalkan dunia ini terlebih dulu.

(2022)




Kenangan

di luar rumah, kenangan adalah jalanan yang dipenuhi macet kendaraan, tak bergerak, debu dan asap membuat perih mata.

di dalam rumah, kenangan adalah bantal dan guling yang mengurung diri dalam kamar, sesekali melihat ke luar jendela saat hujan turun.

(2022)




Setelah Kau Tinggalkan

hari ini, menu makan mengurung diri dalam kamar. piring dan gelas cemberut di atas meja. bumbu dapur terisolasi dalam toples.

tanaman bersembunyi di lorong-lorong pot. bunga dan daun mengundurkan diri dari ranting pohon. halaman rumah mengabaikan sapa pintu pagar.

jendela menutup dari dunia luar. ruang tamu berganti ruang tunggu; setelah kau tinggalkan aku.

(2022)




Puisi yang Lapar

pagi ini, sarapan beranjak dari tempat tidur menuju meja makan. menemui piring, sendok, dan garpu. disapanyanya air putih dari dalam gelas.

siang ini, makanan berat beranjak dari lelahnya tempat kerja menuju restoran, warteg, atau pun angkringan. menerobos macet dan panas matahari.

malam ini, makan malam beranjak dari meja menuju tempat tidur. dikagetkannya mimpi yang tengah telanjang. tanpa permisi, makan malam tertidur di samping mimpi, sunyi, dan puisi yang lapar namamu.

(2022)




Hujan Sebelum Kemarau

hujan adalah kita
aku rintik, kau rindunya
berteduh di halaman puisi
dan masa lalu yang enggan permisi

setia menunggu matahari
terbit dari kelopak matamu
genggamanku jangan pernah kau lepas
selama kenangan turun deras

berulang kali aku jatuh padamu
tapi kau rengkuh selalu
lantas kita menangis bersama
dalam mendung teramat gulita

hujan adalah kita
menggigil di hadapan jendela
tak henti berpelukan
sebelum kemarau memisahkan

(2022)



Halaman Puisi

Di halaman pertama puisi
Aku menanam butir-butir hujan, embun pagi, benih pertemuan
Mendirikan laut, pantai, dermaga, dan kebersamaan
Membangun langit, pelangi, matahari, dan cinta kita

Di halaman terakhir puisi
Aku menguburkan rindu, sepi, luka, dan kenangan-kenangan
Berharap puisiku tak lagi menuliskan tentangmu
Yang memilih kata selesai

Di belakang puisi
Diam-diam aku menangisi kepergianmu

(2020)



Puisiku Cinta yang Tak Dituliskan

Cintaku adalah puisi yang tak dituliskan
Hanya dipendam dalam awan-awan
Kemudian jatuh sebagai hujan

Membasahi permukaan bumi
Namun kau memilih menepi
Berteduh dari derasnya cintaku

Aku terdampar di lautan
Menguap kembali ke relung awan
Memendam cinta yang gagal tersampaikan

(2020)

Bagikan:

Penulis →

Jun Desember

Lahir di Cirebon, Jawa Barat, 27 Desember 1996. Bukunya yang telah terbit Cintaku Terlalu Puisi (2020).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *