Ilusi Pucat Pasi


Januari dan Desember

aku siap menjadi januarimu
yang siap menjadi mula dari ratusan hari panjangmu

terbuka lebar kedua bahuku
sebagai gerbang awal perjalananmu
menapaki rindu-rindu panjang yang tak kunjung hilang

tetapi aku tak siap jadi desembermu
yang selalu akrab dengan perpisahan dan ditinggalkan
maka jangan ajarkan aku menjadi penutup tahunmu

sebab aku ingin bersamamu
sepanjang hidup dan selama hari-hari itu terus berjalan



Kau dan Sekarung rindu

lagi dan lagi
kau jatuh di lamunanku
tetapi ajaib
kau tak terluka
justru aku
yang hancur
berkeping-keping

bukan
bukan karena berat badanmu yang lebih
tetapi
lihatlah ke balik punggungmu
kau memikul sekarung rindu
yang kaupungut di setiap sudut jalan
tempat kita berjalan dulu
dan aku selalu kewalahan
jika kau terjatuh lagi
bersama karung itu




Daur Ulang Cinta

jika cintaku dianggap sampah olehnya
maka akan kuberi tahu seluruh dunia
bahwa ada cinta yang bisa didaur ulang

dunia akan tahu
daur ulang cinta benar-benar ada
tetapi
dia terkecuali
sebab
saat cintaku berhasil didaur ulang
dia bukan lagi dunia bagiku




Pecahan Rindu

gumpalan rindu ini
kini terpecah belah
berserakan, berhamburan, berceceran
di koridor gedung
lift
depan pintu gerbang
warmindo
dan di dua cangkir kopi

tak ada yang kupungut
satupun
tak ada niat untuk menyatukannya lagi

sebab
mereka akan membulat sendiri
ketika kau hadir
dengan senyum yang terbit
dan segenggam tangan kosong
siap merangkulku




Tinta

aku pernah menuliskan kita
dengan tinta hitam di atas putih

ia memudar
seiring dibasahi waktu
yang tak ada lagi kita di rentangnya


maka
bolehkah aku menuliskannya lagi
dengan warna tinta yang berbeda?


jika luntur lagi
akan kugunakan warna tinta lain
sampai beribu warna menuliskan kita




Pulang

bagaimana aku bisa pulang?
jika rumah yang kauberi itu tak pernah ada

barangkali telah runtuh
atau
telah dihuni orang lain




Rayuan dan Penolakan

aku tak dapat merayumu
layaknya bumi yang gagal merayu awan
untuk menyiramkan hujan
di musim kemarau

kau tak dapat menerimaku
bak hujan yang menolak payung
karena akan menghalanginya untuk jatuh ke tanah
yang telah merindukannya




Koper dan Ilusi

sedang kukemasi tawa dan tangis
dari kota ini
ke dalam sebuah koper
yang cukup besar

yang tertinggal di luar stasiun
hanyalah lambaian tanganmu
yang sebenarnya tak pernah ada

ia hanya menjadi ilusi
yang pucat pasi
ia berenang di pikiranku
sepanjang perjalanan
lalu akhirnya kutumpahkan saja
ke dalam koper besar
yang jadi saksi
betapa banyak kenangan yang ingin kusimpan dan kubawa pergi




Bagikan:

Penulis →

Rani Febrina Putri

Lulusan dari universitas swasta di Yogyakarta. Karyanya “Kesetiaan Doa” dalam buku antologi puisi Dermaga Kesetiaan (2018) dan “Patah Hati Paling Patah” dalam buku antologi puisi Bahana Patah (2019) dimuat bersama karya puluhan penulis lain. Menyukai dunia cerpen dan puisi. Aktif di komunitas Pulpen (Perkumpulan Pecinta Cerpen) Kompasiana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *