Yang tak Sempat Aku Baca


Selawat Pohon Kemboja

Pohon kemboja daunnya utuh
Kembangnya gugur
Runtuh ke tanah
Tempat pemakaman
Yang nisannya kosong
Bertahun-tahun yang lalu

Konon, ada rahasia-rahasia
Yang dikubur tanpa serta tuannya
Mereka menggali liang
Membuat ceruk
Menempatinya sendiri

Rahasia tak pernah tersingkap
Bahkan oleh tuannya
Karena, konon, rahasia
Tak akan bangkit
Bahkan pada tuannya
Rahasia hanya patuh
Pada kehendak hidupnya

Pohon kemboja daunnya gugur
Kembangnya mekar
Jatuh di taman
Makam yang dibongkar
Atas dasar pengkhianatan
Dan keculasan rahasia-rahasia lainnya

Lampung, Mei 2022




Misi Menaklukkan Bulan

Kita akan bertandang
ke tangkup rembulan
Tempat harap-harap
berubah menjadi serpih kaca
tenggelam bersama puing kapal
yang karam ke dasar aku
mengenalimu, dalam kepayahan
serta patah yang terurai
di beranda

benarkah katamu, lupa hanya kata
di benakku ingatan akan tetap ada
menggenang, kadang-kadang terpercik
muncul sebagai kenangan
itulah dirimu

Ke tangkup rembulan
masih kita akan berkunjung
mengenangmu sekali lagi
mungkin untuk terakhir kali
sebelum aku pulang ke bumi
dan menguburmu di dalam sunyi
Oh, sedih sekali

Bandar Lampung, Agustus 2023




Bila Habis Waktuku

bila habis waktuku
aku ingin mencintai satu
satu yang tak lekang.
sebelum pulangku nanti
aku ingin melabuhkan hati,
pada puisi,
seperti dirinya

bila sampai telah
rumahku berganti
jangan ada hujan rintik
membasahi merona lembah-lembah wajah.
sematkan padaku firman, di hatiku tuhan
aku hanya ingin sendiri sejenak, maka jangan gaduh,
tenang dan heninglah.
kita pasti akan berkumpul lagi
di bawah naungan purnama

bila nanti aku mati
rangkailah bunga-bunga
bacalah puisi-puisi,
yang tak sempat aku bacakan untukmu
pada kertas, dalam lemari, rak buku, dan gawaiku

Cintamulya, September 2018




Hilang

Ke mana perginya awan-awan
Seperti abun-abun tengah malam
Hilang menurut hujan badai paling kelam
Hancur lebur melaju ke surga
Sebagai hikayat tanpa nama
:
            Laut meramal tubuh gadis kecil
            Yang kehilangan ibunya
            Ditimang, dirawat
            Kemudian ditelannya hidup-hidup
            Hingga kehilangan hidupnya.

Lampung, Mei 2020

Bagikan:

Penulis →

Imam Khoironi

Lahir di desa Cintamulya 18 Februari 2000. Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris UIN Raden Intan Lampung. Tidak terlalu suka seafood dan durian. Suka nulis puisi, kadang-kadang cerpen juga esai. Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (2019). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai online seperti Republika.id, langgampustaka.com, semilir.co, sastramedia.com, simalaba.com, marewai.com, kawaca.com, milenialis.id, duniasantri.co, mbludus.com, ceritanet.com dan lainnya; dan media cetak seperti Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, Bhirawa, Rakyat Sumbar, Rakyat Sultra, Kedaulatan Rakyat dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *