Malam Jahanam (Motinggo Boesje) Mengapa Kau Culik Anak Kami? (Seno Gumira Ajidama) Orang-orang Bawah Tanah (R. Giryadi) Sepasang Merpati Tua (Bakdi Soemanto)
Akhir bulan November tahun ini akan menjadi babak paling menegangkan sekaligus menyenangkan bagi mahasiswa Universitas Negeri Surabaya prodi Sastra Indonesia angkatan 2018. Pasalnya, mereka akan menggelar pementasan bertajuk Ilusi Monokrom: Menyusuri Labirin Cermin yang diselengarakan di Gedung Pertunjukan Sawunggaling Unesa pada hari Sabtu, 30 November 2019.
Muhammad Fathan Ardiansyah selaku pimpinan produksi menuturkan bahwa, meskipun pentas itu sebenarnya bertujuan untuk menuntaskan tugas akhir perkuliahan apresiasi drama, namun mereka berusaha mengemasnya dengan tampilan yang memanjakan mata penonton.
“Orientasi teman-teman sekarang bukan lagi sekadar tampil dan mendapat nilai. Tapi, konsep pementasan ini kami mengarapnya dengan detail-detail yang ‘menyentuh’ peristiwa terdalam, sehingga diharapkan mampu memukau mata para penonton,” ujar mahasiswa bertubuh tegap tersebut.
Hal berbeda yang coba mereka sajikan adalah akan ada empat naskah yang dipentaskan dalam satu panggung: Malam Jahanam karya Motinggo Boesje, Mengapa Kau Culik Anak Kami? karya Seno Gumira Ajidama, Orang-orang Bawah Tanah karya R. Giryadi, dan Sepasang Merpati Tua karya Bakdi Soemanto.
Komentar lain juga dilontarkan oleh Yuli Setiawan Atmaja, salah seorang mahasiswa yang didaulat menjadi aktor, kesulitan terbesar selama berproses adalah menyamakan pandangan bahwa drama ini merupakan kerja kolektif. Ada salah satu saja bagian yang tidak jalan, maka secara tidak langsung akan berpengaruh ke bagian lainnya.
“Kami sadar betul, setiap orang memiliki gagasan yang berbeda-beda dan menarik, tapi tidak semua bisa dipadukan. Jadi, kami harus memilih dan memilah ide mana yang bisa digunakan untuk kepentingan bersama,” tuturnya disela-sela kesibukan latihan.
Pemilihan dan penataan keempat naskah itu bukan tanpa sebab. Ada motif tersendiri yang direncanakan, seiring berjalannya pertunjukkan penonton dapat memaknai sesuatu yang sejak mula dekat dengan dirinya. Sesuatu yang parsial dari laku paling personal.
Tidak hanya itu, hal menarik lainnya, pasca-pentas penonton akan diarahkan untuk mengikuti sarasehan. Pengulasnya terdiri dari akademisi seni yang kemampuan analisisnya sudah tidak diragukan lagi: Nanang Bustanul Fauzi, S.S., M.Pd. dan Arif Hidajad, S.Sn., M.Pd. Keduanya akan membongkar masing-masing pertunjukan baik dari segi isi maupun teknik.