Launching dan diskusi buku "Di Seberang Gelombang". Penulis: Batara Al Isra Tempat: Warkop Juang, Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar.
Batara Al Isra, mahasiswa antropologi University of Auckland, Selandia Baru, akan meluncurkan buku puisi pertamanya berjudul Di Seberang Gelombang, Jumat, 27 Desember 2019 di Warkop Juang, Jl. Perintis Kemerdekaan km. 8, Makassar. Batara yang sementara merayakan liburan musim panasnya di Indonesia menggunakan kesempatan tersebut untuk menerbitkan kumpulan puisinya yang mulai ia tulis sejak 2014.
Peluncuran buku tersebut akan dilanjutkan dengan diskusi atau bincang-bincang santai yang rencananya akan difasilitasi oleh tiga orang penyair: Rachmat Hidayat Mustamin (sutradara dan penulis muda jebolan MIWF dan URWF), Liyana Zahirah (pegiat literasi di berbagai komunitas sastra dan penyair perempuan asal Makassar), dan Muhary Wahyu Nurba. Acara tersebut akan dipandu oleh Fitrawan Umar (direktur Penerbit Sofia yang juga penulis jebolan URWF)
Batara sendiri mengaku sudah lama memiliki niat untuk menelurkan buku pribadi, hanya saja selalu energinya selalu tersedot oleh tugas-tugas kuliah. Hingga desakan-desakan untuk memiliki buku sendiri datang dari berbagai pihak, terutama keluarga dan rekan-rekan sesama penulis yang bergerak di bidang literasi seperti di Forum Lingkar Pena, Batara pun merasa karya-karyanya memang perlu menemukan muara.
Puisi bukanlah hal yang mendarah daging dalam tubuhnya. Puisi bisa dibilang masih sesuatu yang baru bagi dirinya. Ia masih menempuh tapak-tapak awal dan mencari jalur-jalur tepat pada jalan kepenyairannya. Setidaknya, Batara mulai menulis puisi secara serius pada awal 2014 dan aktif mengirimkan karya-karyanya untuk dikritisi kepada penyair yang lebih senior, sebut saja Fitrawan Umar dan Azure Azalea. Puisi-puisi Batara dalam buku ini yang mengambil inspirasi dari hasil penelitian atau cerita-cerita orang (dan cerita pribadi tentunya). Batara mengakui bahwa puisi-puisi tersebut terinspirasi dari puisi etnografi M. Junus Melalatoa yang oleh akademisi dikenal sebagai antropolog-penyair.
Batara berharap mendapat banyak masukan atau kritik dari para hadirin untuk pengembangan karyanya ke depan.