Kutinggalkan Satu Cahaya
Kutinggalkan satu cahaya
yang menghidupi bunga-bunga
yang bermekaran
di taman tak bernama
Di malam yang purna
aku menanggalkan kata-kata
cadarmu yang tua
Sementara di sanggar ini
aku menulismu
menjadi puisi yang lama
yang tak terbacaterbaca
Yogyakarta, 2021
Doa yang Sia-Sia
Puisiku hampir purna
dalam bayangmu yang menjelma angin malam
di saung tak bertanda
Lalu hujan menghentikan penaku
dingin mengkristalkan rindu
bersatu dalam keabadianmu
Sejak kau tak memberi isyarat lagi
aku hanyalah gema
doa yang sia-sia
Yogyakarta, 2021
Garis Hitam
Garis hitam di gelanggang
tak mencatat:
isyaratmu yang dalam,
diammu yang kelam,
malammu yang muram
Seekor burung melantunkan:
kaukah debu itu,
kertas kosong
penjaga malamku?
Lewat tengah malam
ada yang menyambut kabut
dari semesta kata
di dalam jiwa
kalam cinta
Yogyakarta, 2021
Di Taman Ini
Fajar pun tiba
aku masih menerka
bayangan cinta
dari satu cahaya
Di taman ini:
waktu terdiam,
kata-kata gaib
pada selembar daun yang jatuh
Beberapa burung berterbangan
menuju awan
rindu berkepanjangan
Yogyakarta, 2021
Puisi: H
Di luar kata:
kau menjelma satu tungku
yang menyala apinya
berbahan bakar mimpi
dari selembar kertas
yang telah menjadi abu
Di dalam kata:
kau menjelma doa
yang tak habis-habisnya kubaca
agar tak ada kata yang terlupa
Yogyakarta, 2021
Ode untuk HF
Angin pun berdesik
jam dinding menjelma sunyi
lalu kulihat:
pohon-pohon menari sufi,
bulan memancarkan cinta suci
Ada namamu di atas sajadah ini
namun berarakan hurufnya
sebab belum bisa kurangkai dengan sempurna
Aku masih mengeja satu kata
yang membawa kabar gembira
dari ufuk timur sana
Yogyakarta, 2021
Selamat Tinggal: M
Pernah kurajut namamu dalam diam
dalam perahu tuaku
sejak enam tahun lalu
tanpa kuganti dengan yang baru
Lalu kutinggalkan
di bawah temaram
sebab senja melabuhkanmu di pelabuhan
Kini kuucapkan selamat tinggal
padamu yang menuju pelaminan
Yogyakarta, 2021.