Perlahan-lahan Datang Juga Ngilu Itu
sebuah malam memberi kita waktu
bertemu hujan dan kenangan
serpihan tercecer dan tak
terlacak di saku
lipat-lipatan itu asing
membawa kita pada pelukan
perjalanan dingin
jari-jarimu mengerat rindu
jalan itu lurus saja
kita merayapi malam
pertemuan kita lengang
kelam menjelma dalam diri kita
perlahan-lahan ngilu
menyusupi kalbu
Malam Perjalanan Kemarin
malam kemarin dalam bus yang mengantar kepulangan fana
aku ingin bercerita padamu segala hal yang aku lalui tanpa kau
malam kemarin aku ingin mendekapmu dalam tubuh yang dingin
gigil yang rindu pada tanah air
sebab lagi-lagi jarak membakar kita dalam peta waktu
dengusku resah mencari aroma tubuhmu
hanya deretan batu dan pepohonan terlalui
aku hanya mencium aroma negeri asing di sebelahku
menginjak pukul dua waktu setempat
aku mencoba mengukir lekukan tubuhmu dalam pejaman mata
dan itu tak pernah berhasil
malam ini aku tak mesti benar menuliskannya
sebab bila ingatan seperti itu terus kudekap-dekap
aku hanya bakal menyeret diri dalam lara yang mendekam
Yang Berdiri dari Jutaan Pasir Resahmu
retak telah sampai di tepi gigil
cahaya yang kau cari
telah lama aku paksa untuk mati
di jurang ujung lembah
disitu pula aku pernah bermimpi
merantau sunyi seorang diri
setelah itu kau teruskan pencarian
ke risau abu, ke kelam rindu
kau temukan lagi itu
aduh yang berulang jemu
kau tak tahan, tak pernah tahan
untuk tidak menyentuh itu
sebuah pulau yang berdiri
dari jutaan pasir resahmu