Setelah Buku
setelah buku, apa yang tersisa bagi zaman. cakaran kalimat yang membungkus sebagian ruang sunyi kita. dan kita membacanya baris demi baris, tentang kerumun diri sendiri tak bisa disimpan dalam rak, atau ke saku jaket
seharusnya, ada yang terbuka. membaca di dalam gua, serupa filosof yang hidup sekian abad lampau, menjerat pukau dari kepalanya
setelah buku, tak ada yang bisa dicatat. selain sisa ingatan yang kerap melecut
menjelma jadi geriap hujan tipis
menyulut seluruh bengis
sungguh, kuinginkan petualangan ini!
2019
Ujung Percakapan
1.
percakapan ini akan ada ujungnya
kau akan mendapati sebuah pagi
yang miskin matahari di sana
tak ada bentang cakrawala
cuma pertikaian yang kerap tak sudah
2.
mestinya aku tak mengangkat telepon seluler itu
kumatikan dan kutinggal pergi untuk tidur
masih banyak hal-hal lain yang tak terucap
bukan karena kata
bukan sekadar percakapan hampa
3.
tapi sudah jauh kita melangkah
tak perlu kita kebas lintangan nasib
sebab akan kita khidmati seluruh karib
merentangkan sebilah mimpi yang resah
2019
Risalah Perkawinan
seusai ijab-kabul, tubuhmu adalah milikmu
kukalungkan semua harapan padamu
kaukalungkan ciumanmu padaku
hawa yang meraung
ruang kamar yang memantulkan desah napas
sunyi itu milik kita berdua
detik jam meranggas
mungkin ada sebuah pintu yang akan kita masuki
dengan langkah hati-hati
menginjak pecahan duri
menggambar senja yang rembang di dalam rumah
tapi kita bukan lagi milik sendiri
dunia terlalu lama mencampuri semua hal yang remeh
bahkan untuk beriklan tentang masa depan
kita terlanjur dipatuki gaduh
selain sunyi yang kini tinggal separuh
aku ingin terus terjebak dalam rengkuh
yang kelak rapuh
2005-2019
Oedipus
setiap kali memejamkan mata, aku bermimpi jadi Oedipus
keluar kota
meminjam sejarah bapak
kemudian bunuh diri lagi. Tapi, jangan kau sebut aku
sebagai malin kundang
yang berenang tak sampai ke pantai. Dikutuk ibu jadi batu
sebab, bandar-bandar telah ramai
kota menjadi hangar dan besar
penuh dengan decak kagum
orang-orang yang tak berkembara
sungguh, aku tak bisa tidur. Aku tak mau mimpi itu datang lagi
menciumku dengan isyarat basi
di mana selalu kita pertontonkan kemaluan kita sendiri
di layar televisi
maka, tak perlulah kau sedih. Di setiap keheningan itu, akan
selalu muncul sari pati
yang tak mesti ditangisi
ceritalah lagi, seperti dulu
sekadar menentramkan dirimu yang
gelisah
dan tak sembuh-sembuh
2019
Gerimis Tak Sampai
Tiba juga gerimis itu, bermain di depan rumah. Meski, tak sampai ke dalam kamar. Membingkai setiap dingin yang makin bukit, hingga matamu tergenang. Menyirami letih tubuh, sambil berharap mimpi buruk segera pergi
Besok, cuaca akan berubah, kuyup di tubir jejak yang lumpuh. Mengingat setiap pinak peradaban, menyilet dalam kekal. Aku tahu, kau akan terus mengenang apa-apa yang pernah pergi dari ruangan ini
Sejumlah pertikaian yang membeku di kepala, seperti membangkitkan amarah
Tapi, gerimis tak lagi sampai
Menepikan kegamangan, atau sekadar mengusik bayang-bayang
Selalu saja membungkus kita dalam udara yang dingin di pori
2019
Pukul 4 Sore
Pukul 4 sore: kau ada di mana? Aku memandang kota yang basah sehabis hujan. Matahari tak lagi tampak, sekadar menjenguk keriuhan. Barangkali, aku yang salah. Meninggalkanmu bertahun tanpa kabar dan menahan lindap kenangan yang terkunci, diam-diam. Tiba-tiba saja, keadaan itu cepat berulang, seperti juga kuhitung dosa-dosaku padamu. Seperti juga bayang-bayangmu yang terus melindasku. Setiap kali aku termenung, membuka jendela kamar. Pukul 4 sore: kau sedang apa? Hanya suara gaduh, anak-anak berlarian, yang menimbunku dengan mimpi baru.
Pukul 4 sore: aku merasa begitu kehilangan kamu
2019