Cuma Maut yang Setia


Maut Berbisik Dekat Telinga

siapa yang masih setia memandangi wajah ini?

waktu menggurat karat di sekujur badan,
sedang satu per satu orang terkasih pergi,
mati atau mengejar takdir masing-masing,
cermin berdebu itu selalu saja menceritakan masalalu;
tawa anak-anak yang bermain di ruang tamu, lekuk
tubuh wanita dengan gincu merah muda
sedang menjahit koyak di baju kerja.

siapa yang masih setia memandangi wajah ini?

ketika ranjang tak lagi hangat, cericit tikus terjaga
di sepanjang malam, laba-laba hibuk merajut sarang
pada sela-sela dipan dan sisa-sisa ingatan.
tak lagi ada tempat bernama rumah
hanya bangunan kayu dengan seorang kakek
terbujur layu meratapi bayangannya sendiri.

cuma maut yang setia memandangi wajah ini,
dan lihatlah
sekarang ia tengah berbisik dekat telinga.

Lampung, 2023




Sepulang dari Pemakaman

hidup berjalan tanpa warna
tak bernyawa seperti boneka

Lampung, 2023




Malam Do’a

merunduk rumput
serta ilalang
ditimpa hujan tadi,
remang bulan
menggantung sendiri,
di teras rumah
seekor kucing hitam
terdiam.
ini kali ke tuju
yasin mengalun
dari bilik doaku

Lampung, 2023




Romusha,
Jalur Kereta Api

dari Saketi ke Bayah,
dengus para romusha
serupa kerbau hitam
yang digorok lehernya

hidup dan mati
spendek sela telunjuk
dan ibu jari.

di sisi jalur berserak
pecahan batu gunung,
dan di ujung semak belukar,
empat bedeng 10 x 15 meter
berjejer di hadapan deru
Pantai Sawarna

kulit itu batang padi
yang hangus oleh api,
raut wajah itu pecahan tanah
yang mengelupas sebab kemarau

derita manusia terjajah,
punggungg tak hanya
memikul nasib, tapi juga
balok-balok kayu,
timba penuh batu bara, dan
tubuh kawan sepenanggungan

jalan bebatu, bukit terbelah —
hinomaru berkibar di kap mobil
tentara nippon.

ketika matahari di tengah-tengah,
seorang lelaki jawa mati
dengan sebutir peluru
bersarang di dahi.

Lampung, 2023




Hari-Hari yang Ganjil

setelah lampu kamar mati dan
teguk terakhir vodka itu kau tandaskan,
ibumu berkata dari balik pintu, “sudah malam ke-seribu,
masihkah kau lupa mengirim doa untukku?”

angin menabrak kaca jendela,
gigil merayap ke celah baju menjilat tiap
inci tubuhmu, tercekat teriakan di pangkal tenggorokan,
sedang di sebrang jalan anjing menyalak ketakutan.

sejak saat itu, selalu kau lihat sosok ibumu
berdiri kaku menatap kosong ke matamu

Lampung, 2023





Bagikan:

Penulis →

Bima Yuswa

Lahir di Bogor 1997. Pencinta kopi sachet meskipun sudah dingin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *