TETAP PERGI
aku tetap pergi, setelah pamit
ingin mengejar jejakjejak hujan
yang berlari di depanku. sebelum
dimakamkan di ladang terbentang
ingin kubayangkan segala pelukan
di dekat gerbang halaman
rumahmu, tadi kala langit
cahaya. bintangbintang terjaga
daundaun jadi mata kucing
berbinarbinar
di kelopak mataku, tumbuh kotakota
yang juga disiram hujan
kakikakinya memburuku di belakang
di depanku ia menghadang
aku tetap pergi
menuju jejak hujan
kemarin kausimpan
2025
SELAMAT PAGI, BUNGABUNGA MEKAR
selamat pagi, bungabunga mekar di taman
jalan masih cahaya oleh lelampu. dan
kafekafe tetap gemuruh; kau pun pulang
dengan tubuh kapal yang letih
pagar halaman terkunci. bagai pencuri
kau sijingkat memasuki rumah. mencari
tubuh rapuh – tubuhmukah itu? – yang
panjang di jalan (yang sedikit mengecup
isi rumah dan kelak
disemayamkan
sebagai rumah duka)
segala diam
dan ditangiskan!
2025
TANGANKU MASIH MAMPU MENULIS RINDU
sebelum kau datang sudah kusiapkan
untukmu: pintu yang telah terbuka,
kursi yang sepi, segelas teh hangat — bukankah
tak menyenangi kopi? — juga percakapan yang
kurajut untuk menemani rindu ini
biar pun malam atau subuh kau baru tiba, selalu
pintu rumah yang terbuka. kusiapkan air hangat
untuk segelas teh — jika pun sesekali kau ingin
kopi akan kuseduh, tanda bahwa aku memang
menyediakan terbaik untukmu. bahkan sedu
yang lama kutimang ini
aku tahu, kau tak membutuhkan rayu. tapi tanganku
masih mampu menulis rindu
pohonpohon di halaman sudah pula memberi
buah. mungkin kau kau mencicipi..
2025