1.
Anjing dan Bangsa
KEMARIN pagi, ketika aku berangkat menuju tempat kerja, aku melihat dua selebaran besar dipasang berdampingan di luar pagar taman umum. Salah satunya memampangkan gambar anjing kecil berwarna putih dengan kata “telah hilang” tertulis di bawahnya. Sementara satunya lagi memampangkan gambar peta berbentuk aneh dengan tulisan “telah hilang bangsa” tertulis di bawahnya dalam warna merah. Yang membuatku heran berbondong-bondong orang berkerumun di sekitar gambar anjing putih yang cantik, kata-kata penyesalan dan kesedihan terdengar lebih ramai ketimbang kerumunan orang tersebut, sementara selebaran perihal bangsa yang hilang tetap terabaikan, tak mampu menarik perhatian satu orang pun.
2.
Orang-orang yang Tersenyum
WADI’ al-Mantuf ditahan setelah tertangkap basah memandangi potret presiden tanpa tersenyum. Polisi rahasia melancarkan pukulan dan tendangan kepadanya, begitu juga yang dilakukan para pejalan kaki kepada Wadi’. Bahkan para anak-anak tak ketinggalan mengekspresikan kebencian mereka yang teramat sangat kepadanya, mereka memeletkan lidah dan meludahinya. Ia lalu dibawa ke kantor palisi, di mana ia mengalami masa penahanan yang panjang. Akhirnya ia dibawa ke pengadilan. Ia dikenai hukuman untuk selalu tersenyum menghadap potret presiden sepanjang sisa hidupnya. Untuk mencegah terulangnya kejadian memalukan seperti itu, tak terhitung topeng senyum dibuat dan didistribusikan kepada para penduduk, dari bayi yang masih menyusu sampai orang-orang tua renta. Perlahan senyum menjadi sesuatu yang lazim dan kesedihan mulai dilupakan… dan perdagangan turis menjadi ramai.
3.
Wajah yang Indah
AKU duduk di puncak bukit sambil memandangi wajah sejarah yang sangat indah. Tampak bagiku keindahannya bahkan melampaui bentuk paling indah pesona dan kecantikan seorang manusia. Aku turun dari puncak bukit dan berjalan ke arahnya. Aku terpesona dan terenggut olehnya, dan di hatiku tumbuh sebuket bunga yang terus berlipatganda. Tapi begitu aku mendekatinya, aku mendapati sesuatu yang menakutkan di dalam keindahan matanya: Iris matanya menampakkan bukaan dua buah meriam raksasa yang berturut-turut menembakkan misil selama berabad-abad. Dari mulutnya yang menganga muncul hinaan dan fitnah yang melintasi abad demi abad, dan kebencian serta dendam yang tiada habisnya. Aku berbalik dan kembali ke rumah seraya mengutuk keindahan sejarah yang ingin menghancurkan masa depan.
4.
Di Puncak Piramida
SEBUAH kantong sampah besar, melihat piramida sosial berkilauan di bawah sinar mentari, ia berhasrat mencapai ke puncak. Ia berusaha keras untuk naik, tapi setiap kali usaha ia selalu kembali meluncur turun. Setelah beberapa percobaan yang gagal, usahanya akhirnya berhasil. Ia duduk di puncak piramida seperti raja, napasnya terengah-engah karena kelelahan dan sukacita kemenangan yang memabukkan. Sensasi kesuksesan membuatnya lupa pada segala penderitaan yang telah ia alami.
Tapi dalam beberapa saat, ujung piramida menusuk dan melubangi tas. Air kotor bercampur sampah mengalir turun ke empat sisi hingga seluruh bangunan piramida ditutupi tumpukan sampah berbau mengerikan yang jauh dan luas menyebar.
5.
Dua Unit Mobil
DUA unit mobil berhenti di lampu lalu lintas, sebuah mobil tua dan di sebelahnya sebuah mobil model baru. Mobil model baru melihat mobil tua dengan pandangan heran. Matanya jarang melihat mobil jenis ini yang memang sudah lama tidak ada.
“Aku kasihan denganmu,” katanya. “Kau dibuat oleh tangan primitif yang tak punya sentuhan ilmiah dan kreatif, dan tak punya daya cipta! Lihatlah aku… Aku adalah keajaiban yang bergerak.”
Merasa dihina, mobil tua menanggapi mobil model baru, ia mengatakan: “Kau barangkali bisa menikmati manfaat teknologi yang canggih di bagian dalam, tapi tubuhmu lemah dan rapuh dan bahkan tidak dapat menerima guncangan paling ringan. Adapun tubuh kuatku bisa menahan segala guncangan.” Lalu, ia menambahkan dengan suara yang dalam: “Kau seperti manusia modern: tubuh yang lemah, kehidupan batin yang sungguh rumit dan penuh dengan hal-hal kompleks, negatif, serta kecenderungan yang buruk. Adapun aku, aku seperti manusia tradisional yang memiliki jiwa yang murni dan sederhana, hidup di jantung alam, dan makan dari kebaikannya. Manusia pada waktu itu dibentuk dengan keadaan jasmani yang bisa melawan berbagai penyakit.”
Tapi mobil model baru bahkan tidak mendengar kalimat terakhir. Segera setelah ia melihat lampu berubah hijau, ia mulai berjalan secepat mungkin, meninggalkan kawan tuanya yang terseok-seok dan berusaha keras untuk mengimbangi kecepatan mobil-mobil model baru yang ada di sekelilingnya.
=================
Diterjemahkan dari masing-masing cerpen The Dog and the Nation, The Smiling People, The Beautiful Face, Two Cars, On Top of the Pyramid karya