Yasmin
dapatkah penebus menempuh
jalan pintas dengan menyeru nyaring
hurufhuruf dari kitab?
dibacakan sesudah matahari tenggelam
ketika sang guru duduk melipat kaki
dan kedua telinganya tak lagi bebas merekam kabar
yasmin
melantunkan ayat
mendatangi kisahkisah nabi
menghamparkannya kembali
sedalam suara
yang tak putus pada tanda jeda
sang guru mengangguk
memberi jalan pada halaman kitab kesekian
membuka dengan doa
seperti penebus yang tak henti berupaya
keluar dari pusaran silapnya
Kembang Kuning, 2019
Ranu
sebelum memejam
ranu mengibaskan embun dari rambutnya
dingin menyapu tengkuk
dihantar kabut gunung yang puncaknya
disaksikan melalui jendela
setelah seteru terbelah
di tanah lapang
mari membuat lingkaran baru
dengan mata yang lebih awas
membedakan mana kawan
dan mana yang turut ingkar
ada yang mengintip masa kecil
dari celah rimbun bambu yang berderak
setiap saat ada yang mengintai mengira kita
hanya anakanak yang tersesat
mari menghambur ke dalam permainan lagi
melompat dari satu petak ke petak lain
terperangkap dalam jumlah yang terus bertambah
kita pemburu sekaligus tawanan
ranu menyelinap keluar
diamdiam mengurung udara dingin
dalam tangkupan tangan
dihantar kabut gunung yang puncaknya
disaksikan melalui jendela
Kembang Kuning, 2019
Gracilaria
membentangkan diri pada hangus tambak
menanti matahari menyilaukan
rimbun talus yang menyerah
mekar
sang penjaring terlalu belia
mengira kau semata berasal dari
merah marga
padahal lumpur turut mengurapi
sejak pertama berbaring di tambak ini
hingga bagai gadis pantai
berkulit coklat
masak
akan ia biarkan menjadi penangkar
nematoda bertubuh kaca atau remis yang terluka
ketika mencari jalan keluar
bagi rasa lapar
barangkali juga berakir
di genggaman penjaring
sesudah mengibaskan lumpur dengan air asin
tertawan dalam radula
:moluskamoluska
Pejarakan, 2019
Nokturna
apa yang nampak hanyalah penggalan
dari titik di kedalaman, dihuni seribu rupa bentukbentuk berdenyut
yang menjaga sang rumah sebagai tekateki
temuan ini mesti disambut tempik sorak
mesti ada gunting pita sesudah pelatuk
memunculkan kembang api
sedang mereka di atas hanya bisa menafsir
gelagat muka, bayangbayang yang urung rampung
dan ceritacerita dari penerus masa silam
mengelabui
mata buta
mengelabui
mata buta
Pejarakan, 2019
Perempuan
sedalam ngilu
di balik kain
dikancingkan
ditutupkan
akan meriuh segala yang gelap
ketika geraian tertangkap satu kedipan
bak cembung dada yang menantang
maka,
mesti ada seorang diutus paling depan
demi mengusung keluar dosa lama
mengulurulur waktu kutukan
sementara ia tetap menempuh
sebuah sepi
siapa mengerti
apakah imam itu?
para lelaki?
tak ada yang berubah
di balik kain
selain ancaman terjerumus
bila sekali saja berani
mendongakkan kepala
sedang ia berharap tersesat
ke masa kecil
kembali memukul air kolam
berkecipak dengan muka
sendiri
Kembang Kuning, 2019
Sajak Dua Bagian
-kepada fikhan ghazali
aku ingin menulis puisi yang paling indah untukmu. tapi aku tak punya apaapa sebagai perumpamaan selain katakata yang kupinjam dari penyairpenyair bohemian, aku ingin menulis kedalaman matamu dengan meniru ungkapan dari penyair yang terkenal karena sajak cintanya. tapi yang terlintas hanya riuh kafe tempat penyair itu pernah memotret buku puisinya yang ditujukan untuk orangorang patah hati. untuk mereka yang dikhianati, barangkali ada juga di kafe ini, katanya. orangorang dengan muka bebal yang berbicara segala sesuatu tanpa mengetahui seluruhnya.
di mana aku mencari katakata paling sedikit, paling pendek, dan paling dalam yang berbicara sekaligus dalam satu petikan? keramaian di kafe itu adalah kekosongan yang timbul dari rasa rindu tak berbalas. kekosongan yang membuatku ingin melenyapkan diri dengan mengubah diriku menjadi jus limun dalam gelas si penyair, serentak tandas dalam satu tegukan. atau aku akan diamdiam menyusup ke jantungnya, yang dipercaya dalam dongengdongeng sebagai muasal rasa sakit dan mendengar ia mengakui sajak cintanya tak berguna samasekali.
aku ingin menulis kesedihan yang paling sedih. hingga ia menjadi nyanyian putus asa dan menyela di keheningan rumahrumah yang pernah kita lewati dalam sebuah tamasya ketika tak ada satu pun yang menjual hiburan untuk kita. aku akan memberitahumu di salah satu rumah itu aku pernah menulis namamu sambil mendengar tukang kebun memangkas habis bayam nyonya rumah yang dikiranya rumput liar. aku akan menunjuk salah satu sudut di halaman yang tertutup tanaman rambat tempat aku pernah mencuci piring dan menyaksikan piring itu pecah serta membayangkan membawa pecahan itu ke hadapanmu dan berkata: ini perumpamaan hatiku yang terbelah. aku akan senang mengulang pengalaman ketika aku mendorong pel menumpahkan busa sabun seember sambil menunjukkan bagian mana yang kubersihkan dan bagian mana yang kuhindarkan sebab aku ingat potongan lantai yang kau jejaki dan kenangan apa saja yang kau tinggali rumah itu sangat gelap bahkan ketika seluruh jendela dibuka. aku merasakan kehadiranmu melalui angin yang membanting pintu, keran yang lupa dimatikan.
juga kepergianmu yang begitu lama begitu sayu seperti potongan bayambayam itu.
Pejarakan, 2019