Dongeng Seribu Satu Malam
malam itu di suatu kota yang beku
dari lemari es dongeng seribu satu
malam mengabur diri
tetapi sialnya dia kesasar seumpama
seorang tualang yang lupa membaca
peta atau siut arah angin
apa ia tersesat? Tak ada sahut cuma
hening jatuh embun
tiba-tiba melengking salak anjing dari
arah bukit
dan seorang malaikat salah
ketuk pintu?
apa ia tersesat? Tak ada sahut
tiada seorang pun di luar cuma
angin menyusup membungkuk
Sudah pukul berapa sekarang? Di mana
arah kiblat? Seharusnya ke arah sana
dongeng beku itu mengabur diri
2020
Dialog Kupu-kupu dan Sebatang Pohon
Di suatu hutan yang suntuk,
seekor kupu-kupu mengepak
-ngepak sayap
dari sayap, yang sirip ikan itu
didengus suatu kabar gembira,
penaka yang dibawa seorang
nabi. Hutan dibentang dari warna
wahyu dan malam?
“Tapi.”
Lekas-lekas disangga sebatang pohon,
yang tersisa di hutan itu.
Hutan hanya horizontal. Tiada humus,
serat daun atau lapuk jasad-renik.
Kupu-kupu itu meracau?
engkau beri peringatan
atau tidak beri peringatan,
mereka tidak percaya.
Seketika, pohon itu cengeng.
Ia menangis. Karena hutan gelap
mengangah.
Kau punya lampion? Aku ingin
pergi dari sini, katanya
meski kami justru yang
berbuat kebaikan.
Di hadapan hutan yang suntuk
kupu-kupu ingat sebuah bahtera,
yang selamatkan Nuh dari bah.
Pakai ini. Kupu-kupu itu berikan
sebuah lampion, dan tiga wangsit:
sekali-kali jangan berkata dusta atau
ingkar janji. Atau lalai diberi amanat.
Di hutan yang suntuk kupu-kupu
itu bersinar dan pohon menyungkur
seperti hendak sujud.
2020
Bukit Cahaya
kita hampir tak mengenalnya,
tapi di balkon ini dia seorang
penyapu jalan
saban waktu dia senantiasa
menyapu helai rahasia yang
rontok dari ranting-ranting
malam
seperti Musa di thursina,
atau Isa di golgotha. Anak
yatim itu
suatu malam dia sulut api
di sebuah obor, seketika
itu bukit-bukit bercahaya
“Aku lihat langit lapang bagai
kerajaan sorga. Di sana tumbuh
sebuah pohon lebat.
Pada dahannya, burung-burung
menaruh sarang. Sementara di
sebuah telaga sepasang manusia
bagai orang asing.”
kita hampir melupakan suatu kitab
yang dia terima
“…ini tidak ada keraguan padanya,
Petunjuk bagi mereka…”.
Ibarat cermin. Dia berbicara kepada
dirinya sendiri. Yang sendiri.
Apakah anak yatim itu mengigau?
“Tidak! Dia tidak tidur,” sebuah suara
gaib.
Sejak saat itu di bukit cahaya,
anak yatim itu mencintai malam.
Yang gaib. Yang senantiasa ia sapu.
2020
Bila Rindu Kan Merayu
Bila rindu kan merayu maka
helai-helai hari yang terkelupas
adalah lembar taman berseri-seri
“Kemarilah kekasihku,” berseru-
seru seorang yang rupanya
tak asing bagi kita
:rindu adalah padang-padang
oase, di sana kita terjerembab
ke suatu masa ke negeri muasal
yang terus kita simpan dalam ingatan
dan sanubari seperti kota tua yang
kerap dikunjungi peziarah
Bila rindu kan merayu maka malam
memanjangkan sayap-sayap seperti
sebuah jalan bagi para suluk
bergegas menembus kabut—dibalik
helai kapas itu mengangah sebuah
liang hitam:
di sana ada berpuluh-puluh kucing
berbuluh hijau, kupu-kupu warna
violet, begitu khsuyuk meratib zikir
dan kita sudah kaku kaligrafi atau biji-
biji tasbih yang jatuh hingga ke liang
paling dalam
“Kami menyembut seruanMu,” suara-suara
itu melengking dari trapesium hitam. Atau
barangkali dari dalam hajar aswad?
Bila rindu kan merayu maka kami akan
datang dari delapan penjuru mata angin
menujuMu – memujiMu
2020
Sahaya
/1/
di ambang ini
aku membungkuk sahaya
seraya berharap cahaya
lantaran unggun api sajakku
hanyalah kunang-kunang dan
itu tiada cukup kubilas muka
mengenal rupaMu
/2/
setelah engkau bentangkan
bianglala di punggungku
hei, itu sederhana. Rukuklah
bersama orang yang sedang
rukuk, kataMu
dalam letup hening aku menyaksikan
segala: nasib, rahasia, maut dan kita
yang satu.
2020
Kukirimkan Sekebat Bunga
Duh, Gusti sudikah engkau
kukirimkan sekebat bunga?
Kan kutulis selarik kata dan
kuselipkan di antara buket
Sekiranya, hal itu bisa membuat
rindu menjalar merambat pada
sepasang lengan daun pintu yang
terbuka seumpama kegaiban sebuah pelukan
Duh, Gusti cukupkah itu semua? Aku tak
punya apa-apa lagi selain segala adalah
kepunyaanMu
2020
2 Responses
Indah sekali…
Saaya selalu rindu puisi-puisi dari adinda ishak
Pusinya sangat bagus