Melankolia Pengkhianatan
beginilah kita akan selesai seperti bahtera yang bertambat pada akhirnya
di dermaga yang bukan hatiku. kau kini atau kita barangkali hanya sepasang
pertautan mimpi yang kian renggang, berjarak, berlari saling melepas angan
dengan sela-sela jari kosong tak bergenggam.
kausemai cinta yang dituai seorang yang datang dari entah berantah kehidupan
tak ada yang tahu dari mana bunga-bunga yang lain mekar dalam perjalanan
membangun sebuah taman surga. burung-burung pun terbang selalu tahu arah
pulang ke dalam sangkar sedang kita perantau yang lupa letak rumah.
tak ada yang bisa membantu kita. puisi hanya sebuah pelukan yang kehilangan
lengan. tak ada dekap kecuali tebah dada yang menunjukkan dalih pengkhianatan.
kau atau aku pada bagian ini tak perlu mencari siapa yang lebih berhak memikul
dan memukul kelemahan kesetiaan kita.
Mamuju, 2018
Penerimaan
Aku ingin mencintaimu dengan keikhlasan
sebagaimana Maryam yang menerima Isa
sebagai titipan. Sebagaimana Ismail yang
menerima penyembelihan sebagai ketaatan.
Aku ingin mencintaimu dalam kerelaan
kayu yang terbakar dalam tungku untuk
memberimu kehangatan. Seperti nyala
sumbu yang menjaga dirinya tetap hangus
untuk memberimu pandangan.
Aku ingin mencintaimu dengan pengorbanan
Rumi yang menerima kehilangan kebesaran
untuk menemukan kekerdilan. Serupa Syams
Tabriz yang jadi darwis pengembara untuk
menjaga bara api jiwanya agar tetap melebur
dengan air kehidupan.
Mamuju, 2020
Agama Cinta
kau tidak bersimpuh pada apa yang kusembah
dan tidak pula kupasung apa yang kaujunjung
kita leluasa menyembah untuk saling membasuh
kita senantiasa merangkul untuk saling memikul
aku tidak mengimani apa yang kauamini
kau mengamini apa yang tidak aku imani
tetapi untukku agamaku menebar kasih
dan untukmu agamamu menabur sayang
Mamuju, 2020
Pada Bagian Apa
setelah gejolak batin dan pikiran bertarung
tak berkesudahan dalam kepalamu.
kaubertanya: pada bagian apa dari diriku
yang memantik cintamu?
kaudekap kemalangan nasib yang kaucintai
telah kaususuri jalan sunyi di tiap bait syair
rindu Jalaluddin Rumi, telah berkali-kali
kaulangitkan kesetiaan Qais dalam kesepian
yang terpangkas kata-kata. telah lama kau
nisankan perempuan Mandar yang mati
ditelan nestapa zaman.
pada bagian apa dari diriku yang memantik
kerinduan?
kaumenunggu dan terus menunggu lalu ia
datang kepadamu membawa rasa percaya
menepis segala keraguan Rabiatul al Adawiah
melantunkan harap pada nubuat menikam petuah
ia percaya kau seperti setianya seorang Ali
kendati ia bukan seorang Fatimah.
ia ungkap apa yang selalu ingin kausingkap:
keraguan lelaki yang patah oleh keras kehidupan
ia runtuhkan tameng ego di hadapanmu demi
sebuah cerah mimpi yang terpancar di sana
tetapi kaudiam seperti puisi yang belum
sempat dituliskan penyairnya. ada perasaan
yang tak mampu dijabarkan kata-kata.
ada taswir yang belum sempat diberi tafsir.
sebab bukankah cinta adalah lipatan-lipatan
keyakinan yang tak memiliki celah keraguan?
kaubertanya: pada bagian apa dari diriku
yang memantik cintamu?
Mamuju, 2018
Manifesto Air Mata
aku akan berhenti menulis puisi kesedihan
bila kau dengan hati yang lapang
merintangkan kembali kedua lengan.
Mamuju, 2019