Pohon Umur
tanggal berlepasan membuka cahaya
labirin umur mengunci waktu
membungkus segala harapan
tangan mengepal saling menguatkan
angka semakin terbuka untuk sampai
pada titik di mana rasa bahagia begitu kuat
memeluk rambut kenangan
di november angin merapal jalan
kota yang sejuk, album memoar
kembali terbungkus rapi menyeka segala
ada tangis ibu yang mendoakan cita cinta
menumbuhkan rusuk rindu, menurunkan hujan kesejukan
dari aceh ke maluku
ayah ibu mengajarkan bahwa kesetiaan hidup
adalah angka yang mengikuti arah langkah kaki
mendorongnya untuk sampai pada apa saja
sebab saat kau mengulang tahun dan meniup lilin
di sana tumbuh pohon dedaun permintaan juga harapan
agar selalu berakar kesetiaan umur
untuk memeluk rasa manis dari kehilangan
ciumlah langit, taburlah doa ke halaman
tunjuk bintang, peluklah rembulan
agar kau tahu kita begitu dekat dengan tuhan
dengan caranya mengebumikan kata-kata dalam saku masa
Pada pohon umur yang semakin berjarak
Ada linting ingin yang menggema dalam tajuk rasa
Hingga suatu waktu putih november tetap beratap hujan
Berumah impian bersama rindu yang datang kesekian
Cirebon 2020
Rubayat Cinta Timur dan Barat
Pada hatimu, hatiku batu di padang sahara
Meranggasi jalan temu mata
Antara baratmu dan timurku
Arah langkah, arah membaca tanda
Maut seperti cintamu, akar abadi
Utuh mencabut rindu
Tanpa mesti cemburui waktu
Kapan bertamu sebagai wahyu
Di bagian kanan ketiakmu
Sumur kerinduan yang mengandung susu
Selalu manis untuk di sruput pagi hari
Tanpa meninggalkan ampas
Yang bergetah dari senyummu
Di luar mataku, mata kita,
Mata api yang membakar aorta kerinduan
Meninggalkan ruam gelisah, yang
Mesti selesai entah sampai di mana
Bersambung atau putus dicukur waktu
Bersama ketukan-ketukan sepi yang nyala
Biarkanlah aku datang
Pada bagian dadamu, sebab nama doa
Nama cinta menembus jalan perihal bahagia
Sebelum semuanya ada menyerupa bara derita
Pada kata, koma dan paragraf
Yang mulai basahi kalimat terakhir cinta
Terciptalah taman dengan bunga-bunga
Tempat capung bermain dengan musim
Terbang mengikuti arah pejantan
Bersama mencari jarak
Antara kisah yang mencatat requiem semesta
Tempat di mana cinta melarikan diri
Untuk bunuh diri dalam tubuhnya sendiri
2020
Marapal Nafasmu Ke Nafasku
mengenal napasmu dengan napasku
napasku napasmu bertemu di pintu itu
bersalaman, menumbuhkan butir harapan
ada saling tatap, mendoakan sekaligus menyatukan riwayat yakin
dalam tubuh kita masing-masing
di timur matahari, di baratlah kepulangan
di hatimu rumah impian kepulanganku meneguk air kesurgaan
mengalirkan sungai kesendirianku
melewati batu dan tandusnya perjalanan
peluk doaku, ayunkan permintaan
tuntun langkahku pada cahaya di hatimu
mengepaklah sayap, melebarkan jalan
ya, kita sepakat pulang bersama
dalam doa nubuat
yang saling melempar jarak, menuai jejak
pada halalku halalmu, aku menulis janji
berjalan beriringan, haus dan lapar sepakat satu
sedih dan luka mandi bersama dalam senyum ingin
Begitu mendengar kata sayang, langit runtuh menurunkan hujan
Bersama tawa kita yang tetap renyah di hari esok
Bersama matahari, bersama tanggal ganjil genap
Yang terus berganti mengikuti putih senyum bersama
Aku tidak ingin meminta emas atau istana megah
Yang ada hanya tempat kita berbagi arah
Aku ke utara kaupun ke utara
Mencari jejak kekurangan, mendempul dengan kasih rindu sepanjang jalan
Pada hari ini, aku halal dalam peluk hangatmu
Tebarkanlah rindu sekuatnya
Hingga rasa ini merambati akar keyakinan
Bahwa kita satu dalam bungkus qabiltu
Cirebon 2020
Dalam Sajak Sendiri
Dalam sajak sendiri, kita mesti hati-hati
Tiada lain, kata-kata tetap sama kesendiriannya
Kita yang sendiri
Selalu gagal bersama peluang
Dalam sajak yang kita tulis
Terkadang kita lupa,
Bagaimana kita susahnya mencari makan, namun
Tanpa harus menulis puisi
Ternyata lebih susah cari uang dari para tukang korupsi
Yang hanya dengan cara duduk diliput acara
Tertawa kecil tak tahu apa itu tawa dan apa itu gila
2020
Jakarta Hujan Pagi Hari
(tetaplah setia pada waktu
agar kotamu berdiam dalam doaku)
senin pagi
pukul tujuh lewat lima menit
orang-orang ramai di jalanan
mengejar waktu, gaji dan kesempatan
apa yang sebenarnya mereka cari di sini
pertanyaan tanpa koma dan titik
atau memang mereka adalah orang yang diburu napas sendiri
yang takut didahului orang lain
hujan selalu datang tepat waktu
derasnya menyisakan pilu, datang dan pergi tanpa pamit
kota ini sudah waktunya mengundi nasib,
tenggelam atau bertahan
menunggu segalanya tiada dan tinggal puing kenangan
pada akhirnya kota ini adalah tempat pulangnya para bedebah dan penjudi
atau datangnya para penjual harga diri
tanpa takut tuhan, lalu bunuh diri di kamar mandi
ah, lucunya kota ini
yang tak punya cara hidup jangan datang dan bertahan
berdiamlah di tanah tembunimu
kita hanya punya satu kesempatan
berhasil atau pulang dengan panggilan almarhum
2020
Jalan Sunyi, Kita Tetap Abadi
Apakah rindu selalu ramah untuk kita peluk
Hingga eratnya melebihi urat nadi
Sementara foto lama kita tetap tersenyum
Pada abadinya nama-nama kasih sayang
Yang tak sempat aku timang dalam kegamangan
Opera senyum detak jantungmu, seperti rumah terakhir
Di mana lelahku menjumpai rasa nyaman
Sering kali aku melihatmu bicara pada kesepakatan rasa
Untuk membimbingku pada jalan kebenaran yang nyata
Namun gagal adalah ketakutan yang berumur panjang
Saat kita tahu berapa jarak temu kita pada tumit keyakinan
Andai suatu waktu kau berpikir menulismu adalah anugerah
Tanpa syarat aku ingin mengajakmu bertamasya
Mengunjungi beberapa bagian dari putih sukma
Yang mulai tua dan ingin tetap bertahan atas namamu
Walau sedikit rasa rumit memanjangkan jalan cerita
Apakah rindu selalu tabah menunggu lama datangnya temu
Sebab untuk kesekian kalinya tiada lain hanya satu
Kita selalu gagal mencari dan menetapkan permintaan
Hingga sendiri benar-benar sunyi
Dan peluk kita tetap merekahkan buah abadi
Cirebon 2019