Puncak Gairah Musim

Daun-daun Araguaney         

Guguran daun-daun Araguaney
Adalah keheningan mata batin
Puncak pencapaian gairah musim

Ranting mataku menjalar
Jejeran pohon-pohon berdaun kuning
Menuliskan puisi matahari

Kisah kita pun menguap
Burung-burung terbang lekas
Ke danau bermandi cemas

Semusim telah berlalu
Larik-larik pelangi menyapa
Pada bangku taman yang kautinggalkan

Indramayu, 2019

Dahan Maple   

Di dahan maple
Musim gugur singgah

Berjingkat-jingkat
Bagai kaki burung punggung merah

Menyaksikan transformasi daun
Memerah menjelang rebah

Tak ada yang abadi, bukan?

Indramayu, 2019

Jembatan Akar

Di Meghalaya
Butuh 20 tahun untuk merajut
Jembatan akar

Di Kanagarian Puluik-Puluik
Akar-akar melintang
Menghubungkan cinta dan manusia

Begitu aku melihat
Semangat dan api suci perjuangan
Menghiasi pohon yang tumbuh

Mungkin seharusnya tangan kita
Adalah lengan-lengan jembatan akar
Saling berpeluk dan memeluk

Indramayu, 2019

Ranting Flamboyan

Sebuah pohon dengan rimbun payung
Bunga-bunga merah cerah
Tumbuh melebar seperti kanopi

Saban pagi matahari menari
Memetik di ranting flamboyan
Berapa banyak kelopak yang dijatuhkan
Mencium wangi tanah

Barangkali, barangkali, itulah kehidupan
Menemukan harum kematian

Indramayu, 2019

Pepohonan Royal Empress Foxglove  

Kita sudah menggelar tikar daun
menyiapkan menu percakapan untuk senja ini
di antara pepohonan;  royal empress foxglove
memetik tangkai-tangkai bahagia
menghela aroma musim semi
langit menjadi ungu kebiru-biruan

Siapa memanggil burung-burung ekor panjang?
Melintas rendah seolah ingin membelai kepala
dari sini kita menatap matahari surut dan absurd
meninggalkan jejak yang membekas jadi ingatan
lihatlah! kita telah jauh terpisah
mengembara dalam kebun keluarga

Meski demikian aku masih ingin berbagi
mengenang harum perjumpaan itu
sekalipun matahari lekas pergi dan sepi
kepadamu jika suatu hari membaca
melalui kata-kata ini kukabarkan berita
kuntum bebunga itu menjelma jadi puisi rindu    

Indramayu, 2019

Sesalju Daun Kousa Dogwood

Sesalju daun kousa dogwood memutik
di situ merah buah beri menciptakan rasa manis

Pada cawan-cawan kecil terbuat dari keramik
tersuling wine yang kauperas dengan tanganmu

Berapa kali kuteguk tak membuatku mabuk
kecuali lengkung senyummu di ambang sore ini

Indramayu, 2019

 

Sakura    

Puisi menghangat di bulan Maret
Kuncup sakura mekar
Seperti senyummu, Tuan

Aku tahu orang-orang berdatangan
Melihat hujan bunga
Ini adalah sekuntum keindahan

Sejak kelopak terbuka
Aku menghabiskan seguci senja di taman
Minum sake di bawah aroma bunga

Hatiku pun ada di antara sakura
Terpikat pada sepasang mata bening
Musim sebentar lagi
Siapa yang akan memetik?

Kulihat tangkai warnamu mulai memudar
Bertahan memeluk dahan waktu
Misal tak kunjung musim semi berganti
Selamanya aku di sini    

Indramayu, 2019

Buah-buah Crabapple  

Suatu ketika jadilah kita adam dan eva
di kebun buah dengan gairah
keinginan diri menjadi bisikan yang menggiurkan

“Petiklah untukku,” katamu.
dan merah buah begitu menggoda    

Pada akhirnya kita pun bersama memetik
buah-buah crabapple
kecil-kecil menyerupai apel

“Mengapa rasanya sangat asam?” tanyamu.
Lalu musim semi jadi tak berseri

Kita pun meninggalkan kebun
mencari-cari seteguk air bahagia
berjalan jauh dengan penyesalan

Indramayu, 2019

Mekar Palo Verde  

Duduk di sini menanti mekar palo verde
: pohon lebat berbunga kuning
seperti kulit matahari  

Aku melihat kenangan pun menjulang
memanjat lagi untuk memetiknya
angin datang berkelindan

Jika kini kukumpulkan sepal-sepalnya
hatiku ada di antara reruntuhan daun
menjadi humus bagi kehidupan  

Indramayu, 2019

Kebun Jacaranda  

Puisi pagi terbit dengan cahaya putih
menemani perjalanan kecilku
: kebun jacaranda

Di depan sana bukit dan rimbun keunguan
siapa mencelupkan indigo
pada pepohonan?

Lalu tanganku menjamah warnanya
melukis wajahmu pada daun-daun kering  
sekedar mengingatkan kau ada di sini

Kutahu musim semi akan berakhir
ke mana mencari ranting impian
setelah semua memerah lalu rebah

Indramayu, 2019



Bagikan:

Penulis →

Kontributor Magrib

Tulisan ini adalah kiriman dari kontributor yang tertara namanya di halaman ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *