Tersesat Mencari Puisi

Di Mata Amba Cinta Telah Berwarna Merah
terinspirasi dari novel Amba karya Laksmi Pamuntjak

amba hanya tahu warna merah,
selain itu warna celaka. Bahkan
merahnya lebih merah dari tetes
darah yang jatuh dari dada mahasiswa
yang tertembak di tengah jalan.

merah itu bukan semata wajah darah
namun bagi amba merah itu kehilangan
kekasih yang berdarah.

dan yang paling diingatnya adalah sejarah
warna merah di yogyakarta, bukan di jakarta,
apalagi di madura.

sebab merah itu adalah darah yogyakarta
pada saat peristiwa g30s sedang menanam
sejarah air mata dan kehilangan.

di situlah cinta berubah menjadi cairan darah
di mata amba. sebab cinta telah berwarna merah,
merah yang timbul dari luka kehilangan.

dan amba hanya tahu bahwa buah kelihangan itu
adalah ketika cintanya tak lagi memiliki mata untuk
memandang wajah bhisma, kekasihnya yang terlahir
dari persetubuhan liar.

semenjak itu tak ada yang lebih tajam dari senyap
dan kehilangan. namun ia tahu hidup di orde baru,
berarti hidup secara sembunyi-sembunyi. tapi amba
tak mudah putus asa, ia memiliki seribu cara.

setiap hari ia menjadi pencuri informasi demi mencari
bauh tubuh bhisma dari mulut  ke mulut temannya.

akhirnya setelah setahun kehilangan lewat di depan
mata amba yang berdarah rindu sampai ke pulau buru itu.
kepastian pun ditemukan di lidah zulfikar, bahwa pulau
buru benar-benar menjadi nyata sebagai kuburan
kekasihnya.

dan amba baru bisa berkata dengan sadar:
mengapa ia tidak kembali? ia tidak hilang.
namun mati.

dan kini dengan rindu, cinta dan  putus asa yang berat,
amba baru bertemu dengan bhisma, bhisma yang
telah menjadi lembaran-lembaran surat darah cinta
untukmu kau baca amba. agar aku selalu hidup di
setiap langkah hati dan pikiranmu di sana.    

Jurang ara-2021




Satu Koma Persen Aku Tersesat Mencari Puisi

1
satu koma persen aku tersesat mencari puisi
semenjak mengenalmu sepasang mataku
selalu jatuh cinta dan ingin menjadi orang
pertama menatapmu tiap bangun tidur
di beranda facebook dan istagramku.

karena kelahiranmu tiap pagi selalu
meminta untuk dirayakan dengan like
dan komen. kau mungkin wujud yang
tak pasti di instagram. namun memiliki
status hidup di facebook.

2
aku tak punya banyak waktu membaca buku
karena waktuku terkikis habis di atas meja
untuk bercerita di dalam whatsapp bersamamu.
walau kusadari sesekali kuseduh kopi kebodohan
ini di dalam diri sendiri.

kurasa semakin dalam mengenalmu, makin takut
melanjutkan jatuh cintaku. sebab setiap kali
kuseleksi banyak wajahmu di cermin istagram,
kau berubah wujud yang makin tak pasti tiap hari.

3
akhirnya aku pun dewasa dengan kecemasan-
kecemasan dalam kata. aku pun menganggap
apa yang kutulis adalah puisi atau sekadar larik-
larik pendek penuh sampah lidah para netizen.
Bahkan ketika menulis puisi pun hanya sepanjang
tweetan kaum twitter.   

Jurang-Ara 2021





Kita Sama-Sama Abadi

menulis berarti mengurangi beban
berat derita dan membaca adalah
menyunting luka-luka di dalam diri.

kau dan aku tak pernah beda: kita
lahir dari kata dan hidup untuk
mengada tentang siapa kita.

walau, kita sama-sama bekerja di
ruang berbeda: kau gunakan tubuhmu
untuk merasai kecut keringat hidup
di sawah. kupakai pikiran untuk  
mengekalkan hidup di ladang kata-kata.

kita sama-sama hidup butuh pengakuan
pada hidup bahwa kita pernah ada di sini.

di sana kau diakui sawah sebagai
pengasuh padi-padi. dan aku, kata-
kata memanggilnya peladang puisi.

kita sama-sama memiliki kesibukan
di malam hari: kau tulis doa-doa subur
untuk alam semesta di dalam hati tuhan.

dan aku sibuk sebagai puisi yang menerjemah
dukaku-deritamu agar kita sama-sama abadi
di ruang makna yang berbeda.  

2021






Pola Hidup Manis

hidup tidak pernah manis
bahkan orang kaya pun
memiliki pahitnya masa lalu
sebagai pengemis.

bersyukurlah kita masih
bisa tertawa di detik ini
sampai membuat duka marah
pada kehadirannya yang
tak berarti di dalam hati.

2021




Bagikan:

Penulis →

Norrahman Alif 

Lahir di Jurang Ara. Menulis puisi, cerpen dan resensi di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta. Beberapa karyanya bisa dinikmati di media cetak maupun daring. Buku puisi tunggalnya Mimpi-Mimpi Kita Setinggi Rerumputan-2019–telah mendapat anugerah sebagai buku puisi terbaik dari lomba antologi buku puisi yang diadakan Festival Musim Hujan Banjarbaru’s Rain Day Literary Festival 2020. Dan kumpulan cerpen terbarunya Mantra Penolak Hujan-2021.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *