Seperti Lonceng yang Berderai

Catatan di Beranda

malam masuk lebih cepat ke dalam retina. luka dibasuh dengan luka. namun tak ada isak yang terdengar atau sekadar air mata untuk membaca dirinya. hanya gaung nokturno, melipat tubuhnya berkali, pendar lelampuan atau suara kendaraan dengan orang asing mencari alamat.

lampu taman bertopi pendekar cina *) memantulkan cahaya dengan tergesa. rimbun rumput di kegelapan menyatu siluet tanah. dan ia menunggu, seorang perempuan untuk memeluknya– meminta agar masuk ke dalam rumah. ia membaca belulang usia di beranda.

2021
*) Ingatan dari sebuah lagu Iwan Fals





Jantung Kota

di jantung kota, engkau terbelah. orang asing menyimpan ingatanmu yang makin kuning. ada sering telepon, memasuki celah-celah kering dari kilau warna lelampuan– sepanjang jalan, beberapa kelokan. tapi di keramaian ini, engkau merasa tumbuh sendirian. semestinya ada seseorang yang kauhubungi atau sekadar melepas pesan agar gelisah tak menggelebung penuh kawah. namun hanya ada kerumunan anak muda, para kekasih di bangku taman seperti menyeka kembali sebagian usiamu yang dulu.

di jantung kota. tubuhmu tercacah. rebah dan lungkrah di bangkai ingatan. dan kota semakin ramai. seperti lonceng yang berderai, melambai.

2021

Gata *)

dan kau tak akan mampu bercakap dengannya lagi. meski suaranya akan kerap bergema, jauh di kedalaman tempurung kepala. mungkin kau akan memunguti remah cahaya yang pernah disemai, sebelum ia melangkah jauh tak tertempuh.

ah, betapa engkau akan terus mengingat apa yang terlanjur luruh. percakapan dan tabiat, apa yang pernah tertinggal di tubuhmu. tiba-tiba rindu itu lungkrah, mengecupmu dengan gelisah.

2021
*) Telah pergi





Berita Kematian

kerap kita dicemaskan pada berita kematian. di ujung berita dan bertanya, nama siapa yang tercetak di sana. lalu kitapun masuk lagi ke dalam antrian, melengang sepanjang jalan kota dan menghitung waktu di pembuluh tubuh. mungkin, seseorang yang pernah dekat atau sekadar berlintasan. dan kita pernah pula merasa rapat dan akrab dengan seseorang– hingga cemas mengeras, jika kita tak pernah menduga esok hari akan datang berita yang baru lagi. tanpa pernah diduga.

berita demi berita membuat kilat tersimpuh. tak percaya namun tetap tegar dan tegak kembali.

2021




Nota Umur 39

ia mencemaskan puisi akan pergi dari kepala. sebelum pagi menjauh, menempuh segala kenangan yang berpantulan. meskipun ia kerap rindu untuk tetap menulis bahu dan rambut perempuan. maka ditelusuri lagi segala kalimat yang kerap melayang; sepanjang jalan atau sosial media. tapi tak bisa diucapkannya lagi bebal masa muda. ia tersengal, mengais tangis. hanya ada buku-buku lama dengan kertas menguning. remah lagu masalalu, menelantarkannya ke sebuah pelabuhan. mungkin ia mesti kembali berkemas.

Mencari kata-kata.

2021




Kerumun Tubuh

tak ada lagi pesta. tak ada lagi kerumun tubuh. di jalanan sunyi, melewati pandemi dengan langkah hati-hati. hanya orang-orang melintas, menjaga jarak, mengitung langkah dengan masker warna-warni. namun pagi terus menjemput kembali, membuka tirai kota dan jalanan lengang. maka kita lalui juga hari demi hari dengan kecambah gelisah yang berkawah di dada.

Segala yang luluh telah dikayuh. maka tubuh-tubuh hanya siluet sesaat. sebab kita akan menempuh hari demi hari dengan cemas sunyinya sendiri.

2021



========================
Alexander Robert Nainggolan (Alex R. Nainggolan) lahir di Jakarta, 16 Januari 1982. Menyelesaikan studi di FE Unila jurusan Manajemen. Tulisan berupa cerpen, puisi, esai, tinjauan buku terpublikasi di Majalah Sastra Horison, Jurnal Puisi, Kompas, Republika, Jurnal Nasional, Jurnal Sajak, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Jawa Pos, Koran Tempo, Kedaulatan Rakyat, Seputar Indonesia, Berita Harian Minggu (Singapura), Sabili, Annida, Matabaca, dan Majalah Basis.

Bukunya yang telah terbit Rumah Malam di Mata Ibu (kumpulan cerpen, Penerbit Pensil 324 Jakarta, 2012), Sajak yang Tak Selesai (kumpulan puisi, Nulis Buku, 2012), Kitab Kemungkinan (kumpulan cerpen, Nulis Buku, 2012), Silsilah Kata (kumpulan puisi, Penerbit basabasi, 2016).

Bagikan:

Penulis →

Kontributor Magrib

Tulisan ini adalah kiriman dari kontributor yang tertara namanya di halaman ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *