Debur Waktu yang Datang Beruntun

Niebla
––– dari The Mist (1980)

kabut
kabut
kabur
mengabur
seperti resah
terkubur
angin
rembulan
menyendu
menakar rindu

air
air
mengalir
beku
meluka
menjalar
menyebar
menyatu
waktu
mengabut
rindu

memancar
aku

2021



Attacke de Amor
––– Ursula, Tokyo (2017)

\
biru senja
menjalari aorta
jejak tak tertata
dansa yang selesai
cinta yang rumit

“mengapa perpisahan
demikian
cepat dan berakhir?”

2021




Pasado y Presente

––– In my heart, I never lie
Sergei Yesenin (1895-1925)

yang dapat membunuhku
cuma debur waktu
yang datang
beruntun
dan mendadak

seperti cinta
yang dulu
demikian
semerbak

2021




Como Nuestro Amor

seperti cinta kita, sayang
kota-kota musnah
tak menyisakan bayangan
atau air ludah

kita benamkan diri
keliman nisbi
jangan berhenti
terus nikmati

kota berdetak
nafasnya malam
perlahan, dingin
dan mencekam

seperti cinta kita, sayang
mencengkram
kejam
menyiksa
musnah,
(kota-kota musnah)

cinta kita, sayang
membakar hangus
sebuah kota, yang
kita diami bersama

2021




Merayakan Kesendirian I

Malam. 18oC. Persegi. Empat sisi iklan. Kursi-kursi. Seperangkat kecemasan. Es krim yang mencair. Handsanitizer setengah botol. Bau cat putih. Tiga ekor nyamuk. Debar jantung kesendirian. 19.46. Jalanan ramai. Papan iklan bank. Justin Bieber – Love Yourself. Aku ingin menelpon ibu. Sebentar lagi. Bunga imitasi. Keramik dingin.

––––– sepotong jiwa terhenyak di sebuah kursi hitam.

2021




Merayakan Kesendirian II

Selintas kenangan. Biru. Putih. Darah. “Menarilah, menarilah,” ujar angin. Sudah berapa lama aku tidak berciuman? Kaca gelap. Dinding kaku. Mengeram takdir. Terjebak atau menjebak diri sendiri. Sepeda motor impoten. Fulltank. Menyerah pada parkir. Aku ingin berdansa dengan seseorang dari masa depan. Selamat malam, senoritta! Keningnya lumut, geraknya anggun. Berdarah biru seperti kesturi. Menemukan arti.

2021




Merayakan Kesendirian III

Dingin. Tidak terlalu dingin. Reuni sahabat. Kehadiran menjadi beban. Menua. Dewasa. Celana yang kusut. Pemuda masa depan berdatangan. Perut merintih. Seseorang menggeser gerbang. Penantian satu bulan. Ombang-ambing nasib. Duh! Berhentilah mencemaskan keadaan. Saya berlebihan. Tak terlalu berlebihan. Ingin meloncat ke dalam bus antar provinsi. Udara baru. Orang-orang berbeda. Sunyi di sini. Terlalu sunyi. Bahkan di pagi hari.

2021



Bagikan:

Penulis →

Muhammad Husein Heikal

Lahir di Medan, 1997. Studi ekonominya selesai dari Universitas Sumatera Utara dan shortcourse di Universitas Gadjah Mada. Tulisannya tersiar di Kompas, Koran Tempo, Republika, The Jakarta Post, Media Indonesia, Horison, Utusan Malaysia dan Azahar Revista Poetica serta terangkum beberapa buku antologi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *