Menyembunyikan Duka

Pigura

sepasang asing dalam diriku di masa lalu telah berganti wujud menjadi puisi. di sana ia berdiri dan bergeming menyebut namaku berkali-kali. seseorang lagi yang asing datang menyambutku dengan bahagia. diamatinya kakiku yang tidak memakai sandal. sepasang yang lain saling berbisik. masa lalu begitu memuakkankah dirimu?tapi kamu lucu. aku gemas mengingatmu.bukankah episode panjang masa depan selalu menggembirakan, katamu. bagaimana mungkin aku tersenyum mengingatmu di pigura kusut dalam lemari. kita tertawa menatap pantai berdua. bukankah dulu kau membencinya, Seina ketika kamu ditinggalkan? kataku di masa depan.

2019-2021




Catatan Desember

seumpama amsal cuaca kau adalah kenang yang mengganggu. ketika hujan aku sibuk mengangkat jemuran. ketika panas tubuhku keringetan. masihkah kau menjadi catatan desember yang lusuh seperti tahun-tahun berlalu.seumpama kabar yang tak selesai. wajahmu serupa kesedihan ibukota. kau tak pandai menyembunyikan duka. dirawatlah sembarang dupa. kau tersenyum terpaksa mengingatku dengan beribu doa.seumpama rindu kau malu-malu mengakui itu. benarkah dirimu yang itu.jangan menangis, Seina. kau tumbuh kuat di antara luka-luka rindu menyelimuti tubuhmu saban minggu.

2019-2021




Bibirmu

kasihku, bagaimana aku harus mengingatmu. sedangkan segala yang kutemui adalah hijau. wajahmu yang hijau seperti aku melihat daun-daun yang tersirami gerimis-gerimis saban pagi. menyejukkan.tanganmu seperti lukisan-lukisan tangan di dinding yang menyimpan makna dalam.kepalamu seperti hutan-hutan mangrove dipenuhi semua jenis pohon rindu yang hijau-hijau. memabukkan. candu. ingin segera berdiskusi denganmu. memelukmu. kakimu seperti langkah-langkah pendaki melihat keindahan alam yang lagi-lagi kehijauan. ah, kasihku masihkah kau ingat bagaimana bibir kita saling bertemu di sisa gerimis sore itu. dunia tiba-tiba hijau. juga bibirmu. 2019-2021




Puisimu


terima kasih kepadamu yang merawat kasih dan kisah di dadaku, jantung ini serupa kepingan atmamu yang memiliki kadar tinggi di atas segalanya, aku trenyuh. tangan ini menjadi bukti kau begitu gigih. anggaplah aku kekasih candumu: oppa korea.

manisku, kau melewati cuaca yang berbeda setiap harinya. malas mendera. dalih sibuk. kau terus memperbaiki apa-apa yang kurang dalam nyawaku. terus membaca. berdiskusi. menampung kritikan. mengawasi grup puisi, sesekali andil menjadi kritikus. mengendapkan ide-ide. ambek pada konsep tak begitu mulus jika sedang diperlukan.

perempuanku, kau cemerlang menjalani stigma liar dalam kepalamu. ditolak coba lagi. hingga namamu barangkali– tak asing.

terima kasih telah mengasuhku dengan sepenuh sepi dan rindu

: puisimu

2021




Di Jalan Masa Lalu
: Aku

selayaknya jalan-jalan yang dipagari pohon-pohon. masa lalu adalah jebakan yang melenakan. aku hampir dan sering tersedak di titik yang sama. tanpa pernah mendengar suara puisi dalam jiwa. benarkah aku pemuisi. bagaimanakah rasanya sunyi yang benar-benar membungkus sepi?

tikungan-tikungan di kota ini seharga waktu yang tak bisa ditawar dan diberi upah. ia serupa pekerja rodi. ah naif sekali. pekerja kantoran yang jam kerjanya dituntut selalu siap dan tepat. benarkah itu?

jalan-jalan di kota hati ini tak ada polisi tidur. hanya ada sapaan hangat dari aku kecil yang sering takut masuk rumah sehabis main-main seharian. membuka pintu dengan gamang. akuu terjebak dalam healing yang berkepanjangan.

di ujung jalan masa lalu. adakah yang berniat mengingatkanku kembali ke masa depan. menatap langit yang sama. mengecup rindu bersamamu dalam khayalan-khayalan sementara. bahkan selamanya aku hanyalah kata-kata yang pudar di arah jalan yang membingungkan. menujumu.

di tengah jalan aku sering sengaja berhenti. mengembuskan napas kasar. membuang sampah masa lalu. merenda hari bersamamu.

seringkali aku seperti Sophie yang bertanya banyak hal pada semesta. menunggu kartu pos setiap harinya barangkali berdiskusi perihal filsafat rindu misalnya. lebih sering lagi menjadi ashley patterson seolah-olah semua menguntitku. seolah-olah semua mengikutiku. padahal hanya palsu. mungkin aku kecapekan.  lebih bucin lagi seperti quotes-quotes roman picisan di ingatanku yang terdalam.

masihkah kau seperti berdiri mematung melihat kenanganmu?

2021

*Ashley Patterson tokoh dalam novel Tell Me Your Dreams karya Sidney Sheldon
*Sophie tokoh dalam Dunia Sophie





Kardus

apa yang terjadi jika kau tak makan, Jim?wajahmu sudah penuh lumpur iba. tapi kau tak dapat sepeser pun uang bahkan sisa nasi. bagaimana dunia dalam rumahmu yang kedinginan itu, Jim?kau tersenyum manis tanpa memedulikan aku menangis. kau kuat menghajar lembar kehidupan dengan bahagia (bukankah kau juga bahagia, katamu). mari kita kenyangkan saja perut-perut lapar kita bersama kunang-kunang puisi di malam gelap akhir tahun. biarkan kardus menjadi saksi menggigilnya gemetar tubuhmu yang disembunyikan ibukota.2019-2021






Bagikan:

Penulis →

Barokatus Jeh

Kelahiran Indramayu yang sedang menjadi musafiroh di kota Reog-Ponorogo. Sedikit  karyanya nangkring di media dan juga buku antologi bersama. Bergiat di Kelas Puisi Bekasi (KPB).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *