Judul Buku : Kumpulan Dongeng untuk Penulis Penulis : Lawrence Schimel Penerbit : Marjin Kiri Cetakan : Pertama, Maret 2022 Tebal Buku : vi + 38 halaman ISBN : 978-602-0788-27-2
BUKU ini memuat tiga belas dongeng, dan begitu tuntas terbaca, saya menyimpulkan bahwa di setiap dongeng selalu menyampaikan dua kisah kesalahan yang dilakukan seorang penulis atau orang-orang yang terkait dengan dunia menulis. Namun, pengertian kesalahan itu tidak serta merta tersurat dalam narasi dongeng.
Selanjutnya, dalam tulisan ini saya memutuskan untuk tidak menampilkan sebagian, atau sekadar nukilan kecil dari dongeng-dongeng itu. Alasan pertama, saya tidak ingin mengganggu kenikmatan kalian ketika di suatu saat punya kesempatan membaca buku ini. Alasan kedua, karena dongeng ini sangat pendek, andai saya mengutip sedikit kisahnya pun bisa jadi sesungguhnya saya telah menceritakan keseluruhan ceritanya.
Kalaupun ada yang ingin saya sertakan, tentu saja tentang dua kisah kesalahan yang biasa dilakukan seorang penulis atau orang-orang yang terkait dengan dunia menulis. Tujuan saya memberitahu hal ini sekadar ingin berbagi tentang apa yang telah saya tangkap ketika saya menikmati dongeng-dongeng tersebut. Dan berikut adalah dua kisah kesalahan yang saya temukan itu.
Dua kisah kesalahan yang biasa dilakukan seorang penulis atau orang-orang yang terkait dengan dunia menulis pada dongeng Putri Duyung (hlm. 1) termasuk kategori kesalahan fatal. Pertama, kisah kesalahan yang biasanya dilakukan oleh orang yang tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya dia telah memanipulasi orang lain demi kepentingannya sendiri. Kisah kesalahan kedua dilakukan oleh orang yang tidak pernah menyadari telah menjadi mangsa praktek manipulasi, atau bahkan tidak tahu bahwa dirinya telah dimanipulasi dengan sedemikian jahatnya.
Dongeng Kerudung Merah (hlm. 4) juga ada dua kisah kesalahan. Pertama, kisah kesalahan yang dilakukan oleh orang yang merasa percaya diri terhadap sesuatu sampai-sampai berani mengesampingkan nasihat keren yang berasal dari seseorang yang lebih dulu telah mengalami derita atas kesalahan serupa. Kisah kesalahan yang lain biasanya dilakukan oleh orang yang dengan mudahnya memanfaatkan orang-orang yang tingkat kepercayaan dirinya sangat tinggi.
Putri Tidur (hlm. 7) adalah dongeng yang memberitahu tentang dua kisah kesalahan jenis tusukan. Kisah kesalahan pertama biasa dilakukan oleh orang yang tidak bisa merawat hatinya dengan baik, hingga ketika sekali saja terkena tusukan langsung melumpuhkan sesuatu yang sebenarnya sedang bertunas di dalam dirinya sampai tidak mampu bangkit lagi. Kisah kesalahan kedua dilakukan oleh orang yang hatinya bagai terbuat dari batu, yang tidak segan-segan sering melakukan tusukan ke hati orang lain hingga membuat orang itu benar-benar mati selamanya.
Dua kisah kesalahan yang ada pada dongeng Putri Salju (hlm. 10) yaitu: pertama, kisah kesalahan yang dilakukan oleh orang yang sangat ingin menjadi yang paling keren, namun apa yang terjadi, orang itu tidak pernah melakukan sesuatu terkait harapannya tersebut. Sementara kisah kesalahan kedua biasanya dilakukan oleh orang yang suka melakukan kritikan keras kepada orang lain yang dianggap sebagai pesaing tetapi sayangnya orang yang melakukan kritik itu tidak pernah melakukan usaha apa pun.
Kisah kesalahan pertama dalam dongeng Sinderela (hlm. 13) biasanya dilakukan oleh orang yang menganggap bahwa di tempat-tempat tertentu yang dia tidak yakini, tidak akan pernah menemukan sesuatu yang bermutu. Sementara kisah kesalahan kedua pada dongeng ini dilakukan oleh orang yang tidak pernah percaya bahwa di dalam dirinya ada sebuah harta karun yang dapat mengubah nasibnya menjadi lebih baik.
Orang yang tidak menyadari dan tidak merasa perlu untuk membina hubungan baik dengan orang-orang yang mempunyai kapasitas di bidangnya adalah kisah kesalahan pertama pada dongeng Hansel dan Gretel (hlm. 16). Sementara kisah kesalahan yang lain biasanya dilakukan oleh orang yang menganggap bahwa apa yang menjadi caranya untuk melakukan sesuatu sebagai satu-satunya cara yang tak terkalahkan.
Kisah kesalahan pertama pada dongeng Rapunzel (hlm. 19) adalah kesalahan yang dilakukan oleh orang yang sering menumpahkan setiap rencananya kepada orang lain sampai tak ada yang tersisa pada dirinya, yang hal itu justru membuat dia tak dapat bergerak sampai akhirnya membusuk. Kisah kesalahan kedua pada dongeng ini biasanya dilakukan oleh orang yang terlalu tergesa-gesa menghakimi sesuatu yang belum benar-benar dia pahami, di mana hal itu seringkali justru akan menjauhkan dirinya dari keberuntungan.
Kisah kesalahan pertama dalam dongeng Pohon Jintan (hlm. 21) adalah kesalahan yang dilakukan oleh orang yang biasanya rela melakukan apa pun hanya demi mengeruk keuntungan, biasanya orang seperti ini tidak penduli derita orang lain. Kisah kesalahan kedua dalam dongeng ini adalah orang yang suka memutar balikkan kebenaran, sebuah kebohongan untuk menghindari kesalahan hingga tampak seakan hanya kebaikan,.
Sesungguhnya masih ada sisa lima dongeng, di antaranya: Rumplestiltskin (hlm. 24), Itik Buruk Rupa (27), Bunga Lonceng (hlm. 30), Putri dan Kacang Polong (hlm. 33), dan Jack dan Pohon Buncis (hlm.35), yang semuanya itu juga menyajikan dua kisah kesalahan. Namun saya memang sengaja tidak melengkapi penjelasannya, dengan harapan siapa tahu di antara pembaca ada yang berminat untuk mencarinya sendiri dua kisah kesalahan macam apa yang ada pada kelima dongeng tersebut.
Selain tentang dua kisah kesalahan yang ada pada setiap dongeng, jika yang membaca buku ini seorang penulis, atau setidaknya orang-orang yang terkait dengan dunia menulis akan sangat memungkinkan mendapatkan kesan yang mendalam dari dongeng-dongengnya. Tentu saja hal itu karena penulis, atau orang-orang yang terkait dengan dunia menulis menyadari bahwa sebagian dari dongeng yang dikisahkan dalam buku ini pernah dialaminya, sementara sebagian dongeng yang lain pernah dialami oleh temannya. Menurut saya buku ini sangat bisa memberi penghiburan, namun terlebih penting buku ini dapat menjadi cermin bagi laku penulis, dan orang-orang yang terkait dalam dunia menulis. Buku ini bisa menjadi pegangan yang dapat berguna sebagai pengingat perihal sesuatu yang tidak beres.
Sebagai penutup, kalaupun saya ditanya, adakah kekurangan dari buku ini, saya akan menjawab: jika dinilai dari isinya, saya tidak melihat ada kekurangan. Tapi jika saya harus menyebut satu kekurangan, tentu saja terkait ketebalan buku ini. Saya merasa buku ini tergolong sangat tipis. Ibaratnya, membaca buku ini bukan saja bisa diselesaikan dengan sekali duduk, bahkan dapat saya rampungkan ketika saya sedang menunggu sekitar sepuluh nomor antrean giliran untuk menerima vaksin di puskesmas. Meski begitu, saya ingin mengatakan bahwa meski halaman buku ini sedikit, tapi mampu memberi banyak.***