Kuda Terbang Timothee Chalamet
subuhku selalu gelap di bawah selimut
aku memungut senyum timothee chalamet
seperti memungut bintang jatuh yang panas
dan terbenam wajahku yang dingin di balik rambut kritingnya yang selebat belantara
roti gandum atau pancake?
dari new york ke istanbul
aku dan ia duduk di salah satu tiang hagia sophia
dengan perut kelaparan
dan bibir kekeringan
sementara kuda terbang kami sudah sangat kelelahan
dan pertanyaan soal;
roti gandum atau pancake?
terus berdenging seperti suara serangga pagi yang bising
yang nyaring
bawa kabur aku lebih jauh, kataku
lalu mataku dihinggapi banyak kunang-kunang
kupikir sudah sangat jauh ia membawaku
pergi dari ibu
pergi dari papa
pergi dari keriuhan meja makan keluarga kala subuh terlalu tua
dan aku masih menolak bertemu tuhan-tuhan
di antara gelegak bunyi air keran
juga suara-suara orang jahat ‘beribadah’ dengan makian
langkahku sudah sangat lampau
kepalaku sudah amat jejal
tubuhku dihempas jauh kuda terbang
bukan di new York
bukan di Istanbul
bukan di sisi mana pun di dunia ini
roti gandum atau pancake?
di bawah selimut
timothee chalamet menyalakan api yang besar
tubuhku segera habis terbakar
seorang diri tapi di ujung waktu
mataku pelan terbuka dan ….
aku tidak ada di mana-mana
tidak ada siapa-siapa
suara air keran
tiba-tiba sangat kurindukan
kapan terakhir kali aku tidur di pelukan tuhan?
2022
Lelaki Paruh Baya dan Hal-hal yang Aku Benci
pada suatu musim dingin
koper itu terbuka
mulutnya sangat besar
memakan semua kemeja di lemari
juga kaus kaki
lelaki paruh baya memutar syal tebal di lehernya
dia kusebut papa setiap akhir desember dan ia datang bercerita tentang musim dingin
tentang santa claus
tentang jalanan bersalju di negerinya
papa meletakkan poci itu di atas kompor, lalu ibu akan memakinya
mengutuk kedatangannya
menarik tubuhku supaya sejajar dengan punggungnya
dan poci itu terbakar
bersama kata-kata yang hampir keluar dari mulut lelaki paruh baya
yang sudah kehilangan usia
apa yang terjadi di bulan-bulan sebelum desember?
aku tidak mengingat apa-apa sebab kepalaku akan panas
aku seperti terbakar
dan lelaki paruh baya, kehilangan musim dingin yang membuatnya gagal memetik
pelukan dari tubuhku
2022
Lingkaran Kematian 03:00
aku dewi yang abadi pada waktu 03:00
tenggelam pada danau es
seolah aku dewi ikan yang beku
dan menolak mati
tetapi tidak tahu bagaimana bertahan hidup
lagu-lagu kematian seperti suntikan
dengan jarum paling tajam dan menyala
tidak ada mantel
atau kartpet bulu angsa
hanya tragedi buruk yang lalu lalang
dan terulang-ulang
seseorang menarik pahaku
aku mencengkeram leherku sendiri
berusaha menerima kematian
tapi hanya membuatku terlempar ke ambang dua dimensi dan keinginan
sebelum alarm berbunyi
lalu ibu menyiapkan sarapan
di meja makan yang tertulis;
tidak ada siklus kehidupan yang benar-benar datar
insomnia 03:00
kita sedang berada di lingkaran kematian orang lain
setiap hari
setiap dini hari
setiap kali hilang dalam ingatan seseorang
2022
Mimpi Buruk Hipatia
tuhan ciptakan warna yang gelap
di langit, sebelum malam
dan tragedi datang sangat buru-buru
sangat grasa-grusu
bulan maret sekonyong-konyong berhenti
ia, bapak tua itu
jiwaku dibawa pergi
aku membayangkan baba yaga
orang-orang meneriakinya
dan ibu,
melemparkan kotoran hewan
tapi ia mabuk
tapi ia ngantuk
lalu pada trotoar, ia datang dengan terhuyung
dan trotoar seperti kekasih
memeluk dan menidurkannya tanpa selimut
setelah ini, bulan maret akan sangat tergesa-gesa
di antara setiap peristiwa nahas
aku hanyalah gadis kecil biasa
yang ingin beranjak dan tumbuh
seperti hipatia
2022
Alarm
di ruang itu,
hanya terdengar satu kali derit dan cericit tikus mengejar aroma keju
sisa di pemanggangan
dan ketika burung berhenti hinggap
di dahan ara
bulan, dan margareth yang berambut semerah api masih menyebutnya laluna
kapuk-kapuk lekas berderai
dari bantal
dari Kasur
mengingatkan pada angka-angka yang bergerak”usia kita terlampau tua”
sebentar musim salju mampir di ruang itu
memang batok kepala perempuan amat mengerikan di tanggal-tanggal tertentu
kapuk beterbangan seolah musim dingin akan abadi
di tangannya
yang kaku
yang beku seperti batu
tetap saja akan ada yang berhenti
meski waktu tidak pernah menuntut segala sesuatu harus berganti
juga tidak menuntut setiap yang datang harus bertanya;
alarm di ruang itu, sudah berapa lama berhenti berbunyi?
2022
Boneka Yi-yeon
di kolong meja
aku tidak boleh menangis atau memanggil ibu
di depan yi-yeon, aku tidak boleh terlihat sendu sebab katanya, bunga liar tak pernah layu meski dirundung rindu
tak pernah mati meski diserbu luka masa lalu
rambut kami masih memiliki bau tembikar yang terbakar
aku menyentuh yi-yeon seperti menyentuh tanah liat
sebelum terjadi dan menjadi-jadi
tembikar itu
yi-yeon tidak bereaksi oleh tatapan
tidak meleleh oleh ciuman
dadanya diam saja seperti batu
matanya sekosong mata hantu
tapi bahkan, pahaku yang lemah di depan wajahnya
yi-yeon masih sepolos dulu ketika kami bermain puzzle dan ia kalah
lalu aku harus rela pura-pura kalah di permainan berikutnya
sejak dulu, aku memang tidak pandai membenci seseorang
yi-yeon menatapku seperti pada ibunya yang tidak pernah ada
meski aku tidak suka
aku berharap sebuah tragedi
lalu apa pun menjadi-jadi
di kolong meja
yi-yeon memang masih seimut dulu
si kepala mangkuk
yang gemar mendengkur di antara dua pahaku
2021