Menggetarkan Nyali

 

Harimau

sudah takdirku mengenakan baju pemburu
menyandang senapan satu
dengan bekal sedikit peluru
mau tak mau aku harus berburu
karena hidup harus tetap melaju
atau berakhir sebagai bunga layu

2022




Kuda


yang meringkik
bukan yang merintih
napasku dirakit dari belantara udara
yang laju
bukan yang kaku
kakiku diancang dari belikat bat

2022




Landak


hujan yang tumbuh di punggung itu
seikat saja
tapi rimbun
hujan yang luruh dari punggung itu
segenggam saja
tetapi tak reda-reda

2022




Unta


seumpama aku bukit
aku bukit yang berpindah-pindah
seumpama aku gurun
aku gurun yang menyimpan kulah
yang berduri pada keras kaktus
berlunak hati di mulutku
yang berpijar pada panas tandus
berkepala dingin di tubuhku

2020




Elang


3/4 tubuhmu adalah ketajaman
1/4 jadi sepasang badik di matamu
1/4 jadi lengkung sabit di paruhmu
1/4 jadi kelebat sangkur di cakarmu
3/4 tubuhmu adalah kejayaan
1/4 sebagai cahaya yang melesat pada terbangmu
1/4 sebagai akar yang mencengkeram pada sergapmu
1/4 sebagai nyawa kali kedua pada nyala hidupmu

2022




Singa


ayah rajin merawat surai sembari tidur seharian
ibu sibuk di dapur sambil mengajari kami berebut makanan
ayah pendiam
tapi ledakan suaranya senantiasa menggetarkan nyali
ibu tak bisa diam
tapi kasih sayangnya senantiasa meneduhkan hati

2022




Hiu


ada pedang yang terselip di pinggang laut
lihatlah seringai yang berkilau di pedang itu
ada gergaji yang bersembunyi di seringai pedang
saksikanlah sepi yang mengerling di mata gergaji itu

2022




Angsa

ada tanda baca-tanda baca
yang melengkung di telaga
ada tanda tanya-tanda tanya
yang tak diliputi kata-kata
pertanyaan-pertanyaan ada
untuk mengekalkan ingatan
pertanyaan-pertanyaan ada
untuk menyalakan kehidupan

2022





Kancil


aku nakal atau berakal
aku licik atau cerdik
aku naif atau arif
aku positif atau negatif
aku gagah atau gigih
aku fakta atau fiksi

2022






Bagikan:

Penulis →

Hasan Al Banna

Lahir di Padangsidimpuan (Sumatera Utara), 3 Desember 1978. Sejumlah karyanya pernah dimuat di sejumlah media; Horison, Republika, Koran Tempo, Jawa Pos, Bali Post, dan Kompas. Kini sedang khusyuk merampungkan buku prosa Malim Pesong dan buku puisi Kopi dan Kepo. Tinggal di Medan sembari bertugas sebagai lurah Kampong Bunyi—ruang kreatif penciptaan musikalisasi puisi dan menekun-nekuni sastra di meja kedai kopi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *