Sajak Pengantar Kepulangan
—ode untuk ayah
1
Malam-malam, sebelum tertidur
di ruang keluarga, tempat kenangan
rapi tertata—
Ayah berdiri menghadap cermin persegi-panjang. Tak lama kemudian
masuk jauh ke dalam lorong lamunan
ketika tak melihat lagi bayangannya
sendiri.
2
Pagi hari, ketika orang-orang
ramai menggotong keranda
dari arah mesjid ke pemakaman, tempat
semua manusia lahir dan kembali
Ayah tersenyum riang, sebab terlepas
— semua beban penderitaan, dunia.
3
Sore hari. Berbarengan dengan
tenggelamnya matahari
kamu telah sampai di surga –
Taman bunga yang tak ada
tandingannya. Dijaga para malaikat
Tuhan yang bercahaya:
Lain waktu, mampirlah ke mimpiku,
mimpi mama, dan anak-anakmu, Ayah!
ceritakan bagaimana pengalamanmu
di sana, ketika Tuhan membuka rahasianya
4
Hari-hari sebelum kepergianmu
kami semua melihatmu, entah mengapa
rasanya dunia tak menarik lagi bagimu
selain hening sembahyang, selain makna
mentari dan rembulan: sunyi di mata,
kalbu yang bersuara
5
Bagimu, dunia adalah ketidaktahuan
tentang diri kita sendiri yang membuahkan
durasi pengukuran menggunakan jam,
sedangkan waktu serupa raga kejadian yang berjiwa abstrak.
6
Di rumah yang kamu bangun, ayah
pondasi ruang cinta dan atap kasih
—selalu, kami panjatkan doa untukmu:
Mama dan anak-anakmu
setiap waktu tak henti-hentinya
menziarahimu, dalam hati, ruang kalbu
Kami gumamkan sajak rindu.
selamat, sentosa, dan sejahtera
untukmu di sana, Ayah
(03:30)