Korytmuwtenc
Malaikat kecil
dirayu dengan sehelai
rambut bidadari
Mengantarnya ke surga
mencari nama terbaik
Agar kepiluan tanggal dari hidupnya
Korytmuwtenc,
nama seorang begawan
Diajukan Tuhan
untuk lelaki yang membodohi maut.
Namun sebelum ia meminta
sehelai rambut bidadari
Tuhan keburu melemparnya ke dunia
Sedang malaikat kecil yang penuh harap
hanya terisak menunggu kutuk
Korytmuwtenc,
lelaki yang baru datang dari surga
Berdoa, agar malaikat kecil itu
tak dikutuk menjadi ia di masa lalu.
Gowok, September 2022
Lelaki yang Membawa Koper Kepiluan
Dari pintu masuk bandara
Seorang lelaki menyeret koper,
dilakban dan digantungi gembok pengharapan
Isinya kepiluan orang-orang
Dikemasinya dari
halaman,
teras,
ruang tamu,
kamar, bahkan
depan pintu wc rumahnya
Ia berniat menerbangkan semua kepiluan itu
Tanpa dinyana, ia tak lagi mampu membawanya
Semua petugas hanya bergumam,
lalu angkat tangan
Karena isi koper itu
lebih berbahaya dari bom peledak
Laki-laki itu tak kuat lagi
Sebelum mati, ia sempat menuliskan
Jangan sentuh koper ini!
Sebab isinya kepiluan yang tak dapat dijinakkan.
Gowok, September 2022
Di Trotoar
Segundah inikah hujan
Mengusir pejalan ringkih
Saat menyandarkan letih di trotoar
Apakah kurang jelas
sungai-sungai mengalir di pipinya
Riaknya begitu nyata.
O, kupikir hujan sedang bercanda
Bergegas turun mengguyur harap
Menilap kaca-kaca mobil
Agar pengemudinya makin buta
Tapi tetap saja, tak ada tempat berteduh
Di trotoar, dan pejalan ringkih itu
sesekali tersenyum
Sebab dunia tak seindah kali pertama
ia mengenalnya.
IAA Yogyakarta, November 2022
Mariana
Tiada dikira, selain menanamkan cinta
Ia juga menaruh angkara, pada mata suaminya.
Semua kenangan diguyur kesumat
Yang dikira pun tak pernah ada.
Di malam pertemuan itu
Sengaja ia terpejam
agar desahnya digelapkan malam.
Ia tak sadar
Jika suaminya masih ia bawa
dalam lubuk hatinya
Mariana, perempuan malang
Digiling kesumat dan
hancur karena malam yang panjang
Hanya tersisa perih
dalam sesal tertatih.
Gowok, September 2022
Sapono
Lelaki yang pernah meminjamkan
mulutnya untuk tertawa
Matanya pernah dijadikan arah melangkah
Dan tubuh yang tercipta dari kenangan,
kini menjadi makan malam babi-babi.
Tak sempat ia menyapa kematian
Apalagi sampai mengakrabi
Sebab ia telah mengangkasa bersama Mariana.
Menurutnya tak ada yang tahu malam itu
Tapi ia lupa, bintang diutus Tuhan
menjadi pelempar setan
Dan rembulan bertugas
menyingkap yang digelapkan
Ia tak sadar, bahwa hanya
tinggal menunggu nanti
untuk sekadar menunda mati.
Gowok, September 2022
Aku, Suami Mariana
Aku, seorang pengarang
sekaligus pembunuh
Yang memutuskan menyeberang laut
Namun pena tertelan ombak
dan kertas tercabik badai
Hanya pisau tertinggal di dada
Mukaku terdamik dendam
Cinta telah terbantun khianat
Di malam perayaan laknat
Mariana hatiku
Sapono jiwaku
Tetapi tubuhku dianggap bacin.
Kemarin aku ingat
Layon Mariana dan Sapono
Telah kulumat dalam keresek
Kubuang di jalan,
di belakang motel,
di bawah jembatan,
Tak satu pun dalam ingatan.
Pengkhianat usah diingat
Biarlah mereka tergerus tanah
Hingga aku terjaga dari lelap
Sadar,
pembunuhan Mariana dan Sapono
sebatas mimpi menjelang aku mati.
Gowok, September 2022
===========
Faris Al Farisi, lahir di Sumenep, Madura. Orang biasa yang terus belajar menulis. Mahasiwa Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Yogyakarta. Puisi-puisinya tersiar di media cetak maupun online seperti, Koran Tempo, Sabah Malaysia, Ngewiyak, Tiras Times, Nalar Politik, Radar Pekalongan, Radar Madura, Koran Bhirawan, Dunia Santri, dan Jurnal Kopi.