Puisi dari Dadaku yang Gemetar


Di Tapal Batas

Bukankah cinta telah kubahasakan
Dengan bahasa paling ritmis
Di tempat yang kita kenal
Sebagai kebun mawar
Dan tetap sebagai mawar

Waktu merobek dadaku
Dengan tatapmu yang pisau
Pada beberapa malam lalu
Bulan tanggal dari wajahmu

Dan kita saling bertanya
Mengapa cinta adalah kesedihan
Bagai laut dan sampan karam
Menyatu

Di tapal batas
Waktu terus melaju
Mencipta ruang baru
Dan kita tak berhenti mencari
Cinta paling kasih

Jogja, 17 Desember 2022




Pertanyaan

Di kamar yang pengap ini
Pertanyaan berloncatan
Dari jiwaku yang letih
Tentang hidup, cinta, dan masa depan

Udara rebah di sini
Tubuh tak lagi menggambarkan
Lelaki kerapan menantang ombak lautan
Hanya desis air mata
Menuruni kaki

Malam tanpa rona
Tanpa kekasih
Sepi menyerbu hatiku
Waktu diburu serdadu

Ibu, di manakah kasih sayangmu
Serutan tangis saat kuterjatuh
Kau cahaya rembulan
Aku pekat malam
Di manakah kucari terangmu

Di kamar yang sunyi ini
Segala pertanyaan mampu kujawab
Ketika aku mengingatmu
Ketika aku mengingatmu

Jogja, 16 Juni 2022




Bulan Tanggal di Wajahmu

Di ruang kedap tanpa suara
Lagumu terdengar nyaring
Membelah ingatan, masa silam

Malam membekukan waktu
Lalu kulihat dalam cemasku
Bulan tanggal di wajahmu

Adakah angin segar di dekat pintu
Sedang yang kuhirup adalah anginmu
Cinta dan cemas semakin biru

Bulan tanggal di wajahmu
Dan aku masih setia menunggu
Bulan tenggelam dalam rindu

Jogja, 22 November 2022




Andai Dapat Kuulang Waktu

Andai dapat kuulang waktu
Yang melesat membawa kisah-kisah
Cinta yang kehilangan ujung
Dan rindu yang miskin
Mencarimu dengan sekaya-kayanya doa

Kau semakin kecil di mataku
Tertelan jarak
Mata tak dapat menggapai kejauhan
Tapi jiwaku menyatu dalam dirimu
Pada bening matamu

Kembalilah kekasih
Ke goa hatiku
Dunia adalah buah busuk
Yang menyerah pada waktu

Jogja, 12 Desember 2022




Penyair yang Jatuh Cinta

Sudah berapa musim berganti
Hatiku desau angin di tengah gurun
Di mana tak kutemukan keteduhan
Keindahan menjelma kaktus yang berduri

Di teduh kerudungmu senja berlabuh
Puisi-puisi berlompatan dari dadaku yang gemetar
Lalu gigil menyergap tubuhku
Saat kububuhkan wangi namamu

Barangkali aku ceroboh atau kau yang lihai
Membuatku masuk ke tangkup hatimu
Menggugurkan semua raguku
Bahwa aku benar-benar mencintaimu

Lelaki tangguh akhirnya takluk juga
Di hadapan rindu, di hadapan bayanganmu
Bahkan sekadar mengingat mawar senyummu
Sepi menjelma serdadu yang membunuhku

Kau adalah puisi dimana kata-kata luruh
Sebelum aku berhasil menuliskannya
Kau adalah semesta tempatku hidup
Di dalamnya

Mendekatlah kekasih
Rebahkan kepalamu
Lalu rasakan di dadaku
Udara yang disesaki rindu
Sebab semuanya telah kuserahkan
Atas nama cinta dan kasih sayang

Tunjukkanlah jalan lapang menujumu
Jalan yang membentang dari cintamu
Hingga waktu tak dapat memburu
Aku yang abadi dalam hatimu.

Jogja, 19 September 2022



Sajak Kepada Ibunda

Demi malam dan kesunyiannya
Suaramu mengalun pelan
Memanggil-manggil dalam jiwaku
Membawaku pada kelopak matamu
Sebening embun di pagi labuh

Kini aku berada jauh dari pelukmu
Mencoba nyalakan kembali
Tungku cintamu
Saat gigil menyergap langkahku

Kau mengajarkanku menjadi lelaki tangguh
Menahan batu waktu yang menimbun matamu
Air mata dan senyummu abadi
Mengulum rindu di dadaku kini.

Jogja, 31 Agustus 2022




Bagikan:

Penulis →

Fazlur Rahman

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Tinggal di Yogyakarta. Puisi-puisinya dimuat di berbagai media online dan cetak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *