Jumrah
seberapa banyak yang bisa
digenggam dalam semalam saja
saat mencari dan memilah
butir-butir kerikil
di hampar pasir muzdalifah?
pasir tanpa pantai atau kerang
menggenapkan hari yang ganjil
dan berakhir di fajar menjelang.
lalu kita mengikuti lorong panjang
dengan memanggul sebagian kecil
dari ingatan-ingatan tentang mina.
di ujung lorong telah menunggu
tiga sosok diri kita yang lain
yang sejak puluhan abad lalu
dikutuk menjadi batu.
apa kita telah durhaka pada ibu
atau pada tuhan?
sehingga di hari yang nahar
harus melempar
tiga diri kita yang jahil
dengan tujuh kerikil
yang kita bawa dari ula
hingga aqabah.
Karawang 2022
Sa’i
dua bukit itu adalah buah dadamu
yang gersang dan tandus, ibu.
tangis kehausan memaksamu
meninggalkan buah hati
hingga harus berlari-lari mencari
mata air, sedangkan air mata
telah kering di tengah gurun asing.
mendaki dan menurun hanya untuk
menjumpai fatamorgana di lembah
yang menyerupai telaga tapi tiada.
namun kau adalah seorang ibu
yang tak pernah menyerah
dari puncak dua bukit tetap berharap.
sementara berpuluh abad kemudian
kau akan mendapatiku berlari-lari
dari puncak shafa dan marwah
tapi bukan demi mencari seteguk zam-zam
atau menjadi serupa ibu,
namun sebagai pendosa
yang memandang dari kejauhan
indahnya puncak-puncak baitullah.
Karawang 2022
Mabit
apakah kau telah memilah
akan bermalam atau sekedar singgah
di atas bumi muzdalifah?
sejenak tirah dari lelah
nya bertahan untuk tetap diam
merenungi betapa berat saat
tidak melakukan apa-apa
di bawah langit arafah.
betapa diam menjadi siksa
setelah berpuluh tahun tanpa henti
terus bicara mendengar melihat
dan bertingkah.
jika harus menghitung butir dosa
yang tergelar di hampar tanah haram,
itu tak pernah cukup dan usai.
namun betapa pemurahnya tuhan
karena kita cukup memungut tujuh saja
yang tak terlalu kecil atau besar
sebagai bekal untuk esok dilempar
kan ke tiga sosok iblis yang telah
berpuluh abad berdiam dalam
diri kita.
Karawang 2022
Thawaf
perlu berapa lama
untuk menaklukkan keengganan?
perjalanan yang bisa terasa ringan
namun sekaligus berat
jauh sekaligus dekat.
berputar-putar mengelilingi keangkuhan
ritual yang tak kunjung rampung
menghancurkan keakuan lalu
menciptakan keakuan baru
untuk dituhankan.
tujuh putaran tak kan pernah cukup
menggenapkan penghambaan
dan menuntaskan penyembahan.
bukan tentang seberapa pendek
atau seberapa cepat langkah
dari yamani untuk bisa mengecup
secuil putih surga yang tersangkut
lalu menghitam sehitam hati kita.
namun sebagian hanya sanggup
beristilam untuk cinta yang pura-pura
sebelum melambaikan tangan
untuk hal yang tak semestinya ditinggalkan.
harus menempuh berapa rukun
sehingga melawan jarum jam, namun
tak jua sanggup menahan kurun
hingga kita akhirnya memutih?
Karawang 2022
Labbaika
di bening matamu
aku bersuci dan berkaca.
kukibas-kibaskan sayap
debu berhamburan di kornea.
lentik bulu berjajar di tepian
berbisik-bisik tentang sebuah panggilan.
lalu seembus napas berkelebat
menerbangkan burung-burung putih ke barat.
burung putih yang mencucup butir-butir
embun yang kerap jatuh tergulir
di setiap malam akhir
embun yang tak pernah sempat kuuntai
menjadi butiran dzikir.
di tengah-tengah bibir
kelopak doa mekar
sampai ke penghujung fajar.
waktu hampir lepas
saat kawanan burung terakhir melintas
memburu musim yang bergegas
untuk segera berkemas.
namun di bening matamu, ibu
tak pernah selesai
diri ini berpantas
dan tak jua usai
sayap ini terbilas.
Karawang 2017
Tahallul
hari ini yang haram telah dihalalkan
dan kain-kain ihram akan dilepaskan
setelah usai turun dari marwah.
begitu hitam dan lebatnya
dosa-dosa yang kita panggul
harus rela tercukur gundul
dari kepala hingga memutih.
hari ini segenap buhul hati diuraikan
seperti terputusnya tali leher domba
yang kita tebus dengan beberapa real saja
yang entah kenapa merelakannya
begitu berat melebihi beratnya abul anbiya
saat merelakan leher mungil ismail.
Karawang2022
One Response
Untaian kata cukup bisa menerobos dinding hatiku, masuk seperti bertamu. Dan kupersilakan membisikkan kata yang menjadi hasrat dan doa untuk bisa ke sana.