Berapa Harga Kesedihan



Dongeng Jarum Patah

Alkisah, ada jarum patah
saat menjahit nganga luka sejarah
benang-benangnya terbentang
bayang-bayang yang masih berlubang
lalu, seorang ibu melarang
anaknya menjahit menjelang petang.

Sumenep, 2022




Melukis Kapitalis

Apa gunanya kau menulis puisi
jika masih takut diancam polisi
bila melukis negara yang dikikis
karena sifat apatis para kapitalis

Jangan sungkan-sungkan, Kawan
dunia ini hanya sebatas permainan
di mana orang yang cuma menonton
kerap kali hidupnya merasa monoton

Dunia serupa lakon drama
permasalahan tak pernah sirna
dari persoalan negara sampai agama

Mereka yang mempersiapkan modal
akan membuat kau tertinggal
tertindas oleh kaum feodal

Lalu apa gunanya kau menulis puisi
jika tak berani menaruh belati
untuk merobek tebal hati
yang tak berempati.

Jogjakarta, 2023




Penyair


Penyair, adalah kau
yang berpesta bahasa
dan meneguk
sebotol anggur kata
sampai mabuk
tapi menolak untuk lupa
pada hutang negara.

Penyair, adalah kau
yang gemar berceracau
terkait cinta dan rindu
yang lebih abadi dari waktu
dan juga kerap menentang
keadilan yang tak seimbang.

Penyair, adalah kau
yang ketajaman imajinasinya
menggetarkan semesta dan seisinya.

Tapi, adakah kau hari ini, Penyair?

Jogjakarta, 2023




Di Bawah Lampu Merah

Aku melihat perempuan
sedang menawarkan kesedihan
pada orang-orang yang berlalu-lalang
tanpa mengeluh, meski peluh telah berdiang

Di perempatan jalan
di bawah lampu merah
aku melihat perempuan 
sedang menjual harapan

Dalam dirinya, aku melihat
nyala semangat yang berkilat

Kemudian, aku mencoba bertanya
berapa harga kesedihan yang dijualnya
“benarkah tuan ingin membeli
kisah menyedihkan di negeri ini?”

jawaban perempuan itu menggetarkan hati
dan benar-benar menghidupkan rasa simpati.

Jogjakarta, 2023






=========
Agus Widiey, Lahir di Sumenep 17 Mei 2002. Alumnus pondok pesantren Nurul Muchlishin Pakondang, Rubaru, Sumenep. Menulis Puisi dengan dwibahasa, Indonesia-Madura. Karya-karyanya dimuat dipelbagai media baik lokal maupun nasional. Seperti; Rakyat Sultra, Lombok Post, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Fajar Makasar, Bangka Pos, Koran Merapi, Nusa Bali, Pos Bali, Cakra Bangsa, Harian Waspada, Radar Madura, Radar Banyuwangi, Radar Tuban, Radar Madiun, Radar Kediri, Radar Bojonegoro, Radar Pekalongan, Harian Bhirawa, Pro Nusantara, Suara Sarawak, Utusan Borneo, Harian Ekspres, Nolesa co, Bali Politika, Sinar Baru Indonesia, dan lain-lain. Selain itu, puisinya terkumpul dalam antologi bersama. Pernah memenangkan lomba menulis puisi yang diselenggarakan Majelis Sastra Bandung(2021). Kini belajar di daerah Yogyakarta.

Bagikan:

Penulis →

Kontributor Magrib

Tulisan ini adalah kiriman dari kontributor yang tertara namanya di halaman ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *