Sajak Tubuh
tubuhku adalah kata-kata
yang berserakan, sebelum
waktu merangkainya
menjadi sebuah puisi
sampai bait terakhir tiba
mengakhiri perjalanan kata
-kata, maka akan dituliskan
sebuah titimangsa
sebagai pertanda bahwa tubuh
hanya kefanaan belaka.
Bekasi, November 2022
Sajak Tidur
ada saatnya kita merindukan
ruang dan cahaya yang padam
melupakan riuh pencarian, lalu
dalam pejam kita membangun
sebuah tempat persembunyian
dari seribu luka dan kekalahan
apa yang kau pandang
dalam sebuah benderang
selain kenyataan dan kekalahan
ada saatnya kita merindukan
ruang dan kegelapan
sebuah kereta dan derap kuda
menuju negeri mimpi
istana dan para peri
juga cantiknya bidadari
Bekasi, 2021
Tentang Kebahagiaan
: bagi TR
ia tak lebih dari seseorang
yang datang mengetuk pintu
sejenak singgah
namun selalu terburu-buru
meninggalkan ruang tamu
kita hampir tak pernah memahami
seperti apa wujudnya
seperti apa warnanya
selain samar jejaknya
yang tertinggal di beranda
Bekasi, Januari 2022
Patah Hati
: dik
sambil mengusap matanya yang
sembab
ia mengemasi semua kenangan
dari rupa-rupa cahaya, bahkan
dari yang pernah tersebut
dalam gumam segala doa. Sebab
kesetiaan telah jauh pergi
dari dada seorang lelaki
hingga cinta pun bersalin rupa
dan di dadanya yang luka
daun-daun berguguran, bunga
-bunga kehilangan warna
dan setiap kenangan hanyalah
kesunyian
sambil mengusap matanya yang
sembab
ia mengasah sebilah dendam
sebelum bertanya pada tuhannya
mengapa doa dan airmata
tak mampu mendidihkan cinta
hingga tanak menjadi bahagia
Bekasi, Juli 2022
Memasuki Tubuh Jakarta
memasuki tubuh jakarta, aku ingin menulis
tentang musim-musim yang mengabarkan
tanda bahaya
tentang hujan yang terkadang begitu bergegas
menjadi genangan
burung-burung terbang dalam kecemasan
tersebab pohon-pohon selalu dalam ancaman
demi sebuah ruang bagi yang bernama
peradaban
sebelum diam dibekap kemacetan, di jalan
pramuka ada rambu-rambu yang tiba-tiba
bertanya
: ganjil atau genapkah dirimu?
sepanjang salemba dan cikini, orang-orang
makin bergegas mengayuh pagi
sebelum matahari meninggi, sebelum sudirman
thamrin dan sepanjang gatsu makin sesak oleh
mimpi-mimpi
memasuki tubuh jakarta, aku ingin menulis
tentang cahaya yang selalu menyala, dan laron
-laron yang terus terbang mencari benderang
roda-roda terus bergerak tanpa mengenal tempat tiba
pencarian yang tak pernah menemukan
atau kapal-kapal yang terus berlayar tanpa
mengenal dermaga
memasuki tubuh jakarta, aku menjelma serupa
rasa lapar
yang terus mengembara tanpa alamat dan peta
selain doa-doa
dan berlembar-lembar kenangan tentang rimbun
pepohonan
tentang musim yang selalu mengabarkan
kegembiraan
tentang jalan-jalan yang lengang, di tubuh sunyi
kampung halaman.
Bekasi, Agustus 2022