Kepada Dingin Angin
matahari mulai mengeringkan arus laut yang kau tinggalkan
di ladang dadaku. di tiang-tiang rumah, terpal belum diikat
rebah bersama rumput laut yang kunjajikan kepadamu agar
kau menjualnya saja.
seperti itukah lelaki yang ada di dalam dirimu
tubuhnya asin dan berpantang menerima kekalahan
tahun-tahun sudah amat jauh. kepak camar terus melambai
kepada angin dan tubuh yang dingin ─ di mana kemenangan yang kau harap.
masihkah kau ragu, yang menguasai laut adalah dewi
yang menyembunyikan deburnya di bawah jejak kakimu
aku ada di sana, sebagai ikan-ikan menunggu mata pancing
dan menarikmu pulang.
angin yang terbang adalah surat-suratku dan kau pergi
sebelum mengerti segala bahasa cuaca. gemetarlah
atas ketidaktahuanmu.
mangerang nakku, nalo’lorang, nalo’lorang je’ne mata
battumi anging mammiri!
di suatu malam kau mendongak
dan hal-hal yang tertinggal mulai mengusikmu.
2023.
Perempuan yang Mengunci Pintu Rumah
jendela yang terbuka
angin menggerai rambut panjang
sebagai bisik, jikalau segala yang datang pergi
sebelum menetap, pindahlah bunga padma ke tubuhku
dan kusirami ia dengan air mata.
tidak ada pilihan kepada siapa
aku kawin. tubuh hanya memenuhi populasi bumi
menjadi anak-anak hanya setelah tamat sekolah dasar
dan menunggu diajarkan, di rumah panggung bapak
aku menunggu dikunjungi banyak orang.
aku masih di sana, menyukai benda-benda di dalam kamar
menjelma sebuah radio yang bersuara tak bertelinga
di dalam kamar ini, aku menandai waktu kepada pantulan cermin
di sana, aku telah hidup begitu lama.
tanah gembur ini sewarna matahari, tanaman subur
tidak untuk cinta yang kutanam.
aku masih di sini. pintu kamar tidak lagi kututup
rumah ini menjadi sendiri, aku anak terakhir
yang ditinggali sendiri. aku melihat gugur daun
di ranting yang terus berdaun, pohon durian
berbuah tanpa dikawini pohon lain, malam hari
bulan bersinar terang dan dia sendiri, apakah dia
anak tunggal? tapi yang menciptakannya juga sendiri
pertanyaan adalah kesendirian, jawaban pun merasa
sendiri.
segala pintu telah kututup, aku menguncinya
dan melupakan cara membuka segala hal.
2023.
Hadiah yang Tak Pernah Kau Terima
: Kepada Juliana
di bukit yang kelak menjadi batang kota ini
lekik kelelawar, pohon-pohon asam menunggumu
dengan perasaan masam. agar pucuk senapan
tak ditabur di langit sore kami selalu menganggap
bahwa tamu adalah raja yang diperlakukan sebaik
merawat kuda pelari. di baris batu bata dan hias cerobong asap
berwarna putih hijau,di sanalah kami akan menyambut
kedatanganmu agar punggungmu mudah rebah
dari lelahnya mengarungi laut. tiada upah
untuk bangunan ini dan kami memang seperti itu, ramah pada
setiap perjanjian dan tamu yang datang dari luar.
di petak tanah ini. inilah yang tertinggi kau akan melihat
bagaimana orang-orang begitu kecil bergerak di dalam ruang sempit
seakan mencari bagaimana langit dijejaki
namun bukan itu tujuan awal segalanya disiapkan
ibumu Wilhelmina akan menginap di sini, dan kau anaknya
istanamu adalah dirimu yang diberi nama. kau akan tinggal
dan menziarahi pendahulumu yang jauh menaruh patok
sebagai tanda kepemilikan yang tak mungkin diperdebatkan
namun di seberang sana, kecemasan selalu tiba dari asap mesiu
seperti musim yang tak mampu dipawangi manusia. dan kabar itu
sampai kepadamu. segala rencana tanggal demi menghindari maut
sebab itu kau tak pernah mengunjungi kota ini, dan cerita tentangmu
hanyalah museum di kepala pendatang dan orang-orang yang tinggal
sebagai peri bumi. kau tak pernah datang, orang-orang yang membangun
ini barangkali kecewa, kekecewaan bisa saja terputus di anak cucu
dan kecemasan selalu tumbuh dengan banyak bentuk.
2023
Ketukan Tanpa Pintu
sesap air susu ibu
sirah yang ditanak
menjadi cahaya bulan
punggungnya tempurung
di dadanya merengkuh segala kelak
waktu akan tiba ─ yang digerami akan pecah
lepas menemukan kesedihan
yang berserak.
setiap hari adalah matahari
menyembunyikan teduh
didesak orang-orang yang memperlakukan
nasib seperti kebimbangan
langkah yang amat jauh
tempat-tempat yang kau lawat
terompah kayu di kakimu
decak ketuknya sampai
ke liang kesunyian.
Tuk- tuk/ tuk; tuk- tuK.
tidak ada yang jelas
ke mana arah kepulangan.
2023
Yabelale
kepedihan pergi sebentar
sesaat mata terpejam
kau tak perlu melambai waktu, nak,
memahat mimpi dalam tidurmu.
ingatan belum tumbuh di kepalamu
namun getir sudah menyentuh
di setiap tangisan pertama.
selembar sarung memeluk tubuhmu
mengayun bagai ketidakpastian; nasib
yang tidak pernah memanjakan setiap kelahiran.
aku mempelajari senandung ini dari ibuku dulu
di bibirnya samar hanya mendengungkan
dibalik kering tenggorokan. air matanyalah
yang mengurai kata-kata.
sejauh waktu merambat, hidup hanya mengulang-ulang
kejadian dan rindu tak pernah bicara sedang ia
begitu sering diberi pertanyaan.
nak. kelak kau mulai berjalan, kepergian selalu
menuntunmu ke jalan masa depan dan kepulangan
selalu kau titipkan di dada ibumu
tidurlah, tidurlah, nak.
2023
Di Tubuh Sungai
Kepada: Pung Bunga
setiap air yang jatuh terpancur
langit senang menjatuhkan
jelmaan ibu.
menandai segala yang suci
menyusui kemarau agar tumbuh
rimbun-rimbun kehidupan.
sebagai arus ia mengecap
lengkung batuan.
ricik doa sepanjang
lidah-lidah basah
melintasi dusun dan ladang
harapan ditimba lepas
mengalir ke tubuh.
di sanalah capung mengitari kepala-
kepala yang menumpang mandi padanya.
2023.