Komposisi Garis



Garis-garis Pada Judul Puisiku

Aku menggunakan garis-garis
Pada judul puisiku. Kata-kata
Menggigil dalam udara dingin

Garis-garis mengganti kamar mandi
Untuk senam pagi. Mengubah dapur
Menjadi ruang belajar. Menghapus bau
Ikan asin. Ada bayangan hitam, seperti
Potongan-potongan film yang disensor

Aku mematikan lampu 20 watt. Lampu
Yang sudah begadang sepanjang malam
Di beranda. Bersamaan aku membuka
Pintu, burung-burung beterbangan di atas
Garis-garis jam 6 pagi yang berembun

Aku berjalan ke ruang tamu. Di meja
Ada segelas kopi, tembakau dan korek api
Tak bisa kubatalkan menjadi seni instalasi

Aku menggunakan garis-garis
Pada judul puisiku. Di sini, ada
Banyak garis di antara banyak
Kata-kata. Garis-garis bercerita
Tentang arsip-arsip yang digelapkan

Depok, September 2023




Meditasi garis

Di kedalaman malam, sebuah garis
Menjernihkan pikiran. Garis itu bergerak
Dari titik ke titik lain, membuat batas
Antara kebaikan dengan keburukan

Di manakah kau sembunyikan
Kesedihanmu? Gambar sampul
Buku sejarah telah memudar. Kau
Dan aku satu napas. Lihatlah tanah
Melayu berdarah lagi, dicabik-cabik
Keserakahan. Emas dibalas culas

Sunyi mengabdi kepada malam. Sebuah
Garis mendaki puncak cahaya. Melintasi
Bintang-bintang. Garis itu mengulurkan
Pikiran-pikiran yang jernih, menjabarkan
Batas antara nasib dengan takdir

Jalanan, September 2023




Garis Horizontal

Melebihi gairah kuda-kuda di padang
Savana, garis-garis horizontal itu ingin
Melilit pinggangmu. Pinggangmu yang
Sintal dihangati musim seratus tahun

Aku memotret bunga-bunga rumput
Liar, seperti kekasih-kekasih gelap —
Tak ada pasport untuk ke luar negeri
Tahun ini. Garis-garis horizontal terus
Melesat melebihi kecepatan kereta cepat
Jurusan Jakarta – Bandung. Garis-garis
Horizontal menembus batas politik
Dan minyak goreng. Menembus batas
Siang dan malam, membuat romantisme
Tanpa kamera dan pasar valuta asing

Melebihi binal kuda-kuda di padang
Savana, garis-garis itu meluncur dari
Abad ke abad yang lain. Aku melihat
Jejak-jejak garis tergurat memukau
Di kanvas Picasso dan Salvador Dali

Apakah garis akan menghapus garis
Yang lain? Serupa pinggangmu yang
Sintal, garis-garis bermunculan secara
Manual, juga melalui mesin cetak digital

Cinere, September 2023




Biografi Garis

Garis itu ada dari sebuah titik. Bergerak
Dari titik ke titik yang lain mengusung
Cerita. Membuat metafora-metafora baru
Di batas kota, menggeser kalimat Selamat
Datang yang tak dibaca setiap orang. Sebuah
Garis keluar dari kultur, menjulur di dinding
Kota, mengubah kekosongan-kekosongan
Dengan grafiti-grafiti dan mural. Aku masih
Di kafe, memotret puisi untuk seni rupa

Mozart dan Beethoven telah membuat
Komposisi-komposisi musik di atas garis —
Aku menunggu kelahiran garis-garis baru
Juga menunggu kehadiranmu membawa
Narasi rindu dan cinta yang belum selesai

Sebuah garis adalah cerita panjang. Cerita
Tentang sawah, gunung dan laut. Garis-garis
Menjelma cahaya. Cahaya itu lalu bergerak
Ke mana saja. Membuat jalan-jalan baru
Yang tak terduga. Seorang nyonya keluar
Dari toko swalayan, mengenakan daster
Bermotif garis-garis, senyumnya melintas
Memesan taksi. Kulit tropis di luar buku tulis

Depok, September 2023




Garis Diagonal

Aku melihat garis-garis diagonal
Seperti tiang-tiang listrik yang miring —
Tak kuat menahan beban kabel-kabel
Tegangan tinggi. Aku bersin-bersin lagi
Tetapi aku sedang tidak flu. Orang-orang
Berjalan tanpa lembaran uang di saku
Celananya. Kau bertanya: “apa yang bisa
Dimakan hari ini?” Bersamaan angin menarik
Awan senja, burung-burung pulang ke sarangnya

Di senja yang pendek ini, garis-garis
Diagonal makin panjang dan tipis. Aku
Berdiri di atas puing-puing bangunan —
Ada bangkai eskalator dan mesin-mesin AC
Tanpa siaran pers. Ada banyak bayangan
Miring bersilangan di keningmu yang garing

Garis-garis diagonal tak serupa wajahmu
Yang oriental. Orang-orang berlari mengejar
Bayangannya sendiri, berburu diskon-diskon
Saat berbelanja. Bersamaan matahari tenggelam
Aku memeluk tubuhmu tanpa pasport dan visa

Jalanan, September 2023

Bagikan:

Penulis →

Iman Sembada

lahir di Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Selain menulis puisi, ia juga menulis cerpen dan melukis. Karyanya berupa puisi dan cerpen dipublikasikan di media massa cetak dan digital. Buku antologi puisi tunggalnya Airmata Suku Bangsa (2004), Perempuan Bulan Ranjang (2016), dan Orang Jawa di Suriname (2019). Kini ia bergiat di Lembaga Kebudayaan Depok, Jawa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *