Ulah Kucing


SUDAH dua periode Maman Hasibuan menjabat sebagai Ketua RT 28 di Kompleks Perumahan Griya Mayang Asri. Maman dipercaya sebagai ketua RT karena dedikasinya yang sudah terbukti dalam mengurus permasalahan warga. Bagi Maman, menjadi RT adalah salah satu bentuk kecil pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Sementara itu, pekerjaan utamanya adalah pimpinan di CV Berkah Mandiri Jaya yang bergerak di bidang konstruksi, pengadaan mebel, dan desain interior. Itulah sebabnya gaji yang semestinya ia terima tiap bulan tidak pernah ia ambil, tetapi selalu dimasukkan ke kas RT. Jika sewaktu-waktu ada warga yang membutuhkan, tentu dana tersebut dapat digunakan. Selain itu, bagi warga kompleks, Maman dikenal sebagai pribadi yang sederhana.

Kompleks perumahan itu dihuni oleh setidaknya 45 kepala keluarga. Kompleks itu sudah seperti miniatur Indonesia karena banyak pendatang dari berbagai daerah yang menetap di situ. Sesuai dengan namanya, kompleks tersebut memang asri meski terletak di tengah kota. Di sisi kanan dan kiri jalan sejak dari mulut kompleks ditumbuhi pepohonan hijau nan rindang. Tidak hanya itu, di bagian belakang kompleks, di sebelah Musala, terdapat pula kebun milik Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ditanami dengan aneka sayuran. Jika ingin beristirahat sejenak, saung pun ada di tengah-tengah kebun. Tidak hanya itu, kolam ikan nila di sisi kiri musala turut melengkapi asrinya kompleks.

Dalam rangka menyambut bulan Ramadan, Maman mengimbau kepada semua warga untuk ikut berpartispasi membersihkan musala dan kebun di sekitarnya. Dua hari sebelumnya sudah dilayangkan pesan lewat grup WhatsApp RT untuk gotong royong. Tapi biasanya tidak banyak yang hadir kalau diundang gotong royong. Berbeda halnya dengan undangan syukuran.

Pukul 07.45 hari Ahad pagi itu Maman telah siap dengan pakaian lapangan lengkap dengan sepatu botnya. Warga diingatkan kembali melalui corong toa musala agar segera datang bergotong-royong.

“Tes… tes…. Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan yang tinggal beberapa hari lagi, dimohon kepada seluruh warga RT 28 Griya Mayang Asri untuk datang ke musala jam 8 ini, dalam rangka gotong-royong. Terima kasih.” Pengumuman itu diulangnya tiga kali.

Baru saja Maman selesai meletakkan mikrofon ke tempatnya, beberapa warga sudah berdatangan. Maman pun senang. Pikirnya, semakin banyak warga yang ikut, semakin cepat pekerjaan selesai. Namun, dugaannya itu meleset. Warga datang justru untuk mengeluhkan masalah yang tak kunjung menemui jalan keluar. Dan tampaknya, hal yang terjadi pagi itu adalah klimaks dari masalah itu.

Assalamu’alaikum, Pak RT. Mohon maaf sebelumnya. Begini Pak, saya mau melaporkan bahwa pagi ini satu kucing saya dilindas lagi oleh pengemudi mobil di kompleks kita ini. Mohon kiranya dibuat aturan tentang batas maksimal kecepatan mobil, Pak. Supaya tidak ada lagi kucing saya yang mati terlindas. Ditambah lagi kucing itu adalah kucing kesayangan saya karena dirawat sejak lahir. Dalam satu bulan ini saja berarti sudah dua kucing saya yang jadi korban. Kalau begini terus bisa habis kucing saya, Pak,” ujar salah seorang warga yang bernama Andre.

“Wa’alaikumsalam, Uda Andre. Saran Uda ditampung dulu. Soalnya kita belum tahu siapa yang melindas kucing Uda itu.”

“Sebaiknya yang punya kucing mengurung dan tidak membiarkan kucingnya berkeliaran. Kalau terlindas itu, kan, sudah risiko sendiri. Selain itu, jangan biarkan kucing buang hajat sembarangan,” timpal seorang ibu anggota KWT yang biasa dipanggil Teh Ida.

“Setuju sekali, Teh. Di depan pintu belakang rumah saya setiap hari ada berak kucing lima tumpuk. Saya sudah tidak tahan, Pak RT. Masak setiap hari kerja saya hanya membereskan pipis dan tahi kucing. Ditambah lagi ibu saya ada penyakit asma, jadi tidak bisa kalau di sekitar rumah ada kucing,” sahut Yuk Santi, salah satu anggota KWT lainnya.

“Kalau kucing saya memang ditempatkan di kandang khusus, Yuk. Tapi memang beberapa jam saya keluarkan untuk sekadar bermain sebentar,” bela Andre.

“Nah, bisa jadi yang berak di rumah Yuk Santi itu kucing Uda,” serang Teh Ida.

Urusan berak kucing memang bukan perkara yang dapat disepelekan. Selain Teh Ida dan Yuk Santi, ada beberapa warga lain yang menjadi korban. Hanya saja, mereka lebih memilih diam dan tak telalu ambil pusing. Namun, karena merasa mendapatkan momentum yang tepat, warga yang biasanya diam saja mulai membuka suara. Ada juga yang menyampaikan bahwa anaknya sering terinjak kotoran kucing sebelum berangkat ke sekolah. Ada yang jok motornya dicakar hingga koyak dan ada juga laporan cat mobilnya terkelupas karena goresan kuku kucing yang bergelut di kap mobil.

Ketika memasuki musim kawin, perilaku kucing pun semakin tak terkendali. Kucing dengan leluasa bermain di teras, meskipun rumah dipagar setinggi apa pun. Apalagi kalau sudah berkumpul, kucing jantan biasanya menyemprotkan air kencingnya sebagai penanda wilayah kekuasaan. Harus diwaspadai ketika kucing sudah ancang-ancang berdiri dengan ekor tegak dan mengangkat satu kakinya, pertanda ia siap menyemprot. Alhasil, air kencing kucing yang berbau tajam itu menempel di permukaan seperti dinding, kursi, lemari, atau bahkan di sepeda motor dan mobil.

“Perlu ibu-ibu ketahui, kalau di kompleks kita ini banyak juga kucing-kucing liar. Bisa jadi mereka lah pelakunya. Lagipula, kalau kucing peliharaan pasti tidak mau berak sembarangan. Ia hanya mau buang hajat di pasir yang sudah saya sediakan. Coba Ibu perhatikan lagi tahi kucing yang ada di rumah Ibu. Kalau tahinya besar-besar itu berarti tahi kucing liar,” timpal Mira, seorang pecinta kucing lainnya.

Suara tawa kecil diiringi bisik-bisik mulai terdengar. “Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, harap tenang dulu. Mari kita bicarakan masalah ini dengan pikiran yang jernih di saung,” ajak Pak Maman, sang RT. Para warga bergegas menuju saung. Suasana mulai menegang.

“Begini, Bapak dan Ibu… tempo hari sewaktu kucingnya Uda Andre yang pertama itu terlindas, kan, sudah saya katakan, bahwa bagi yang punya kucing harap menjaga peliharaannya dengan baik. Kalau mau dikeluarkan, harus dikontrol sehingga tidak ke mana-mana. Kalau sudah begitu dapat dipastikan yang berak dan pipis sembarangan bukan kucing peliharaan tapi kucing liar. Solusinya, ya, kita karungkan saja kucing liar itu.” Pak RT mencoba menengahi.

“Lagian Pak RT, kendaraan yang masuk kompleks ini juga ada yang dari luar. Entah itu mobil sampah, ojol, pengantar paket, mobil keluarga dari jauh, motor anak-anak mudo dari luar, dll. Kalau kita mah, Insyaallah tidak akan setega itu melindas kucing,” sambung Teh Ida.

Mendengar itu warga mengangguk-angguk. Sejurus kemudian Haji Kosim, salah seorang tuo tengganai yang dihormati di kompleks tersebut, datang. Selaku orang yang dituakan, ia dimintai pandangan mengenai masalah yang terjadi pagi itu. Haji Kosim pun memberikan nasihatnya.

“Memelihara kucing memang pahala, tapi membiarkan kucing mengotori rumah tetangga juga dosa.”  Haji Kosim memulai petuahnya. “Kita tidak bisa menjamin bahwa kucing peliharaan kita tidak buang hajat di rumah tetangga saat dilepas. Di sekitar rumah, saya sesekali menjumpai kucing, tapi saya tidak tahu itu kucing peliharaan atau bukan. Jadi, bagi pemelihara kucing, tolong rawat kucingnya baik-baik. Jangan sampai hubungan kita bertetangga rusak gara-gara kucing. Saya pun bukan orang yang membenci kucing, malah saya suka lihat tingkah kucing yang lucu-lucu di Youtube. Tapi karena saya merasa tidak akan berbuat maksimal bila memelihara kucing, maka saya lebih memilih memelihara ayam saja di kandang, tidak dilepas. Tiap hari bisa mendengar kokok ayam dan menikmati telur ayam kampung langsung. Hidup di kompleks memang selalu ada pro dan kontranya. Yang diperlukan adalah rasa empati antartetangga. Jangan saling mengganggu kenyamanan. Nanti nambah-nambah doso bae.”

“Jadi, saya ulangi Bapak dan Ibu… untuk sementara, pemilik kucing harap mengurung kucingnya di rumah. Sembari saya berkoordinasi dengan satpam untuk merelokasi kucing liar yang ada di kompleks kita. Sesuai dengan nasihat dari Pak Haji Kosim, jangan sampai hubungan bertetangga jadi buruk hanya gara-gara kucing. Kalau semua dipersoalkan pusinglah jadinya kita. Apalagi kita mau memasuki bulan suci Ramadan. Butuh pengertian dan tenggang rasa dalam menjalani hidup sesuai kata Pak Haji tadi. Setuju?” tutup Maman.

“Setujuuu,” sahut warga serempak.

Tidak lama kemudian muncul asisten rumah tangga Pak RT berlari sambal tergopoh-gopoh memberi kabar tentang cucu Pak RT yang baru berusia dua tahun.

“Pak…, Dimas, Pak. Dimas….”

“Dimas kenapa, Mbok?”

“Dimas digigit kucing… tangannya, Pak.”                           

Sejak saat itu tidak ada lagi seekor kucing pun di kompleks Griya Mayang Asri.

Jambi 23 Maret 2023




Bagikan:

Penulis →

Yoga Mestika Putra

Pengajar Sastra Indonesia Universitas Jambi. Beberapa cerpennya telah dimuat di harian Haluan dan Harian Suara Merdeka. Buku antologi cerpen yang telah terbit di antaranya Terjebak Masa Lalu, Buah Simalakama, Loneliness, Derai Renjana, Arina dan Perempuan Penjual Kenangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *