Dalam Labirin yang tak Berujung



Perjalanan Tanpa Akhir Menuju Pelukan Sang Fana

Perjalanan tanpa akhir menuju pelukan sang fana,
Merayap melalui lorong-lorong tak terjamah,
Di antara cakrawala yang melintang tanpa batas,
Mengukir cerita tentang pencarian akan makna yang tersembunyi.
Langkah-langkah yang terhampar di jalur yang tak terlupakan,
Merentangkan jarak di antara mimpi dan kenyataan,
Dalam perjalanan yang tak pernah berkesudahan,
Mengalirkan air mata yang tak terbendung.
Pelukan sang fana memeluk dengan kehangatan yang menyentuh,
Menyembunyikan kebenaran yang tak terucapkan,
Dalam dekapan yang menyilaukan, tersembunyi kepahitan,
Mengungkapkan rahasia akan ketidaktentuan akan keberadaan.
Perjalanan tanpa akhir,
Terlelap dalam mimpi yang terwujud dan patah hati yang tak terucap,
Antara reruntuhan dan puing-puing yang menghampiri,
Keindahan tak terduga terbit dalam pelukan sang fana.




Jalur Quantum

Melintasi jalur quantum, di antara dimensi yang tak terhitung,
Menembus realitas paralel, menjelajahi alam yang tersembunyi,
Di balik tabir ruang dan waktu, terbentanglah perjalanan,
Menuju keajaiban yang tak terjangkau pikiran biasa.
Langkah-langkah mengembara melalui spiral cahaya,
Menerobos batas-batas yang dulu dianggap tak terlampaui,
Dalam jalur quantum, segalanya mungkin terjadi,
Kehidupan dan kematian menyatu dalam harmoni abadi.
Melangkah maju, melintasi batas yang dulu tak terjamah,
Menjadi saksi bagi keindahan yang tak terbayangkan,
Dunia quantum, waktu tak lagi mengikat,
Setiap momen adalah awal dan akhir, dalam satu kesatuan yang utuh.
Menerobos realitas paralel, menemukan cermin diri,
Versi-versi lain dari kehidupan berputar,
Sebuah tarian tak berujung antara kemungkinan dan realitas,
Di jalur quantum, tak ada yang pasti, kecuali keajaiban yang tak terbatas.
Jalur quantum membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam,
Menghadirkan pertanyaan-pertanyaan baru yang tak terjawab,
Dalam kebingungan, terbentuklah keajaiban,
Menembus realitas paralel dengan keberanian dan penasaran.




Masa Lalu yang Menjerat dalam Tabir Harapan

Dalam tabir harapan, masa lalu membelenggu,
Mengikat langkah dalam rintangan yang tak terbendung,
Di antara reruntuhan kenangan yang terkubur,
Terjeratlah jiwa dalam belenggu penyesalan.
Masa lalu yang menjerat merayap dalam gelap,
Menyisir jejak-jejak yang terkoyak oleh waktu,
Dalam labirin yang tak berujung,
Pada tiap tikaman belati kesedihan.
Tabir harapan menyelimuti kegelapan yang menghimpit,
Membawa bayang-bayang masa lalu yang menghantui,
Namun di tengah gemuruh yang mengguncang bumi,
Terpancarlah sinar harapan yang masih bersemi.
Dalam pertarungan antara masa lalu dan harapan,
Jiwa terus bergelut mencari keselamatan,
Di balik tabir harapan yang menipis,
Terdapat pembebasan jeratan masa lalu yang menyiksa.




Perjalanan Sebatas Langkah Kecil

Melangkah dalam keheningan malam,
Menjadi saksi akan langkah-langkah yang terukir di sepanjang jalan.
Dalam gemerlap bintang yang memancar, hati meresapi ketenangan alam,
Mengalir dalam irama yang hening, memeluk jiwa dengan kebersahajaan yang tak terlupakan.
Setiap langkah menjadi titik perjumpaan, dengan jalan yang tak terduga,
Mengungkapkan rasa penasaran yang membara, dalam keheningan yang merayu.
Di antara gemuruh langkah yang bergema, perjalanan bersinar,
Menjadi pengantar jiwa dalam menapaki perjalanan yang tak terduga.
Dalam kedalaman langkah-langkah yang terukir, terdapat kehidupan yang tersirat,
Menyampaikan pesan-pesan yang tersembunyi, dalam kelembutan yang memeluk.
Tiap detik yang berlalu menjadi perenungan,
Mengajarkan arti kesetiaan dan ketabahan, dalam setiap langkah yang tertuju.
Di balik langkah-langkah yang terhenti, tersembunyi makna mendalam,
Mengukir kesadaran akan keberanian dalam setiap detik yang berlalu.





Dewi-Dewi Gunung

Dari puncak gunung yang menjulang gagah,
Dewi-dewi gunung bersemayam dengan anggun,
Mengawal keharmonisan alam semesta,
Sebagai penjaga kekayaan alam yang tiada tara.
Di setiap lembah yang terhampar luas,
Menggugah jiwa dan pikiran,
Dalam keheningan yang menyelimuti dunia,
Menjadi penjaga kebijaksanaan dan keadilan.
Dalam goyangan daun dan nyanyian angin,
Dewi-dewi gunung mengirimkan pesan-pesan,
Keberanian dan keteguhan hati,
Menghadapi cobaan dan tantangan kehidupan.
Di balik keanggunannya yang mempesona,
Tersembunyi kebijaksanaan yang mendalam,
Menjaga keseimbangan alam yang rapuh.
Dewi-dewi gunung tetap tegar berdiri,
Sebagai penjaga warisan,
Mengajarkan kearifan dan kebesaran,
Menjaga harmoni dan keseimbangan alam semesta.
Sebagai penghormatan pada kearifan dan kebijaksanaan,
Dalam menjaga kelestarian alam Nusantara yang indah.




Melodi di Dalam Hujan

Dalam gemuruh hujan yang membasahi bumi,
Tersembunyi sebuah melodi yang mempesona,
Setiap tetes air menari dalam irama yang seirama,
Mengalun indah di antara dedaunan yang merayakan.
Melodi di dalam hujan, seperti nyanyian alam,
Menyirami bumi dengan keharmonisan yang tak terucapkan,
Mengalir dalam goresan-goresan cinta,
Yang terukir di dalam detik-detik yang terlupakan.
Di dalam setiap hembusan angin yang berbisik,
Terungkaplah lirik-lirik yang tak terdengar,
Menyampaikan pesan dari alam semesta,
Kepada jiwa yang haus akan kedamaian dan kebijaksanaan.
Dalam tetes-tetes hujan yang turun,
Ada cerita yang terbentang luas,
Mengisahkan perjalanan hidup,
Dan keindahan yang tercipta dari setiap hujan yang turun.
Dalam gemuruh hujan yang menggema,
Meresapi melodi yang tercipta,
Menyatu merasakan keajaiban,
Dalam tetesan hujan yang turun.




Sungai yang Mengalir Tenang

Di tepian sungai yang mengalir tenang,
Air mengalun seperti lagu nan merdu,
Menyusuri tebing-tebing yang berdinding hijau,
Seakan mengukir alur kehidupan yang abadi.
Di dalam gemericik air yang mengalir,
Tersemat kedamaian yang tak tergoyahkan,
Merefleksikan langit biru di permukaannya,
Seolah menari bersama riak-riak cahaya.
Sungai yang mengalir tenang, menjadi saksi,
Berbagai cerita yang tak terhitung jumlahnya,
Dari perjalanan batu-batu kecil yang meluncur,
Hingga bisikan pepohonan di tepiannya yang sunyi.
Di tepian sungai, bermacam tumbuhan tumbuh,
Menyegarkan mata dengan kehijauan yang memukau,
Rimba yang rindang menjadi tempat perlindungan,
Bagi beragam makhluk hidup yang bersinar.
Sungai yang mengalir tenang, menjadi tempat,
Berbagai kegiatan manusia dan alam berbaur,
Dari berjemur di tepiannya yang terbuka,
Hingga memancing di air yang jernih mengalir.
Di tepian sungai yang mengalir tenang,
Dan dalam keheningan sungai, kita merasakan,
Kedamaian yang hadir dalam setiap hembusan.

Bagikan:

Penulis →

Yudit Martha Tania Syafitri

Lahir di Pasuruan, 19 September 2000. Saat ini tekun belajar menulis puisi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *