Bulan di Atas Padang

Dalam Teduh Sembul Bulan yang Padang

aku tidak bisa membayangkan jika lautan meluap
habislah ikan-ikan berserakan
mati tanpa menyiapkan makan di meja bundar
dan nelayan membentangkan kecemasan.

dalam teduh sembul bulan yang padang
maka tak ada lagi pantulan cahaya di atas dermaga
atau di antara dada dan jiwa-raga
hanya kepalsuan yang membentang
hanya kepalsuan yang saling bersulang.

musnahlah cahaya sembul bulan
manusia sulap menjadi noktah-noktah kelam
laut sengal
bulan di atas dada padang
tak ditumbuhi layon-layon yang mengambang.

Madura, 2024




Masa Lalu (II)

sewaktu kasmaran dulu
bening matamu adalah maut
yang mampu mengantarkanku
pada liang peti mati.

kita juga sempat melupakan
tuhan yang setiap malam
tidur dalam pelukan
kita juga pernah mengubur
takdir pada masa yang cukup getir
kita juga sering menumbalkan doa dalam bising kenalpot sepeda.

bah!
di masa lalu,
kau adalah cahaya
sedang aku apinya.

Madura, 2024




Masa Lalu (IV)

masa lalu tak pernah meminta mahar
ia kaya dan tak pelit membagi nelangsa
di tubuhku masa lalu kadang hinggap seperti kupu-kupu
riang bermain di ladang tebu dan hilang kapan saja bila ia mau.

Madura, 2024




Masa Lalu (V)

aku menoleh ke belakang
masa lalu berkeliaran dan berkelindan
aku ambruk hilang ingatan
ia seperti spionase yang bersembunyi di dalam kepala
dan meletus dengan sendirinya.

kalau saja masa lalu adalah jelmaan tubuhku
tak mungkin dan tak kan kuberi izin mengungsi apalagi betah dalam diri.

tapi sekali lagi,
masa lalu sungguh menabur toreh sembilu
ia gaib seperti hantu.

Madura, 2024

Bagikan:

Penulis →

Yuliyatul Unsiyah

Lahir di Sumenep, 01 Januari 2003. Nyantri di Pondok Pesantren Annuqayah Latee II. Anggota Forum Lingkar Pena (FLP). Aktif di komunitas Sanggar Sareang dan Teater Alfatihah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *