Inisial
#1
Di mana lagi setelah kehilanganmu,
cinta akan tumbuh subur seperti bunga-bunga zinnia
yang mekar di halaman dan kau lukis di dinding
kamarmu yang hijau alpukat, sayang.
aku tak tahu. aku tersesat. aku tak menginginkan
hujan maupun matahari berkunjung ke teras.
aku akan jadi lembah tandus yang tidak berharap
siapa pun menyuburkanku lagi, kecuali kau.
atau setidaknya aku masih melihat bayang-bayangmu
bergerak mengikuti bayang-bayangku saat kita
berjalan membelakangi matahari senja, dan aku berhasil
membuat tipuan paling bahagia di sisa usia.
#2
Hal-hal yang membuatku tak bijaksana adalah
ketika aku kesulitan mencapai fase terakhir
tahapan sebuah kesedihan. aku menjelma burung
gagak yang mengabarkan duka-duka ke setiap
rumah lalu terbang jauh ke lembah-lembah
yang tak pernah memiliki nama bagus untuk
dikenang. aku memanggil-manggil namaku sendiri
untukmu seperti dulu sekali kau memanggil namamu
untukku. dan kita menyebutnya kasih sayang sepasang
pemabuk. kita menghabiskan malam dengan saling menyentuh.
#3
Ingatkah kau satu pertanyaan yang kuajukan padamu
pada malam yang melarutkan rasa sakit kita. pertanyaan
yang mengajariku menerima segala bentuk dan
kekacauan diriku sendiri. apa adanya.
aku hanya ingin tahu, apakah kau menyukai
ketidaksempurnaan cinta ini? ia akan jadi monster
pada suatu hari, melahap kita seperti bubur kacang merah.
tapi kau sungguh hanya tersenyum dan mengatakan dengan suara lirih,
“aku hanya ingin mengingat inisialmu dengan ketidaksempurnaanku.”
2024
Kau Perihal yang Aku Sukai, Kau Perkara yang Aku Benci
#1
Kau perihal yang aku sukai
matahari terbit-tenggelam dari tubuhmu
pohon-pohon rindu; para lebah candu
pada kehangatanmu; pada rasa manismu
sementara aku gayang sepanjang waktu.
sungguh tiada arak selain engkau
yang paling memabukkanku.
akan kubangun kampung halaman
berbahan baku puisi untuk kepulangan.
tempat tenyaman melepas rindu
yang bertubi-tubi menghunus dadaku.
#2
Kau perkara yang aku benci
laut tumpah dan badai mengamuk di dadaku
hutan-hutan terbakar; ikan-ikan terdampar
pada kegelisahanku; pada rasa getirku
sementara kau obituari sepanjang sisa waktu
sungguh tiada arsenik selain engkau
yang paling meracuniku.
akan kurobohkan benteng prasangka buruk
berbahan baku gamang untuk kemurkaan.
tempat terkutuk membakar kenangan
meski aku tahu kau senantiasa mencintaiku.
2024
Jangan Memaksa Puisi Cinta Bersemi di Dada Orang yang Tidak Mencintaimu
saling mencintailah. tetapi jangan kau simpul mati.
rindulah tanpa syarat. sebuah pelukan akan memilikimu
bangun pagilah dengan bahagia. sepasang lengan akan menjagamu
pergilah bekerja dalam nyamanmu. sepucuk ciuman akan menyerap rasa lelahmu.
damailah pulang saat ke ranjang tidurmu. satu bisikan akan menenangkanmu.
“aku mencintaimu;
biarkan aku bersemi di dadamu.”
tetapi jangan memaksakan cinta
pada orang yang tidak mencintaimu.
puisi cinta tak akan pernah tumbuh di situ.
2024
Pelukan
Meja makan penuh hidangan
melahap wajah dan dada
orang-orang duduk
yang mengitarinya.
Mereka lantas bertukar bisikan
“apa kau juga merasakannya?”
lalu setelahnya, mereka bergegas
pulang.
Ingin menemukan
sebanyak mungkin pelukan.
2024