Lipatan lipatan Peristiwa

Satu Potret pada Dinding
(Menatap alm. K.H. Zainal Arifin Toha)


l

Malam larut,
            Wajah maut

Sedekat kerutan umur
dari tua nasib

Mungkin, doa akan tiba
pada punggung langit

Serpih-serpih rindu
setelah senyum Ibu

Tumpah
ke sujud ku

Setelahnya:
Ciuman-ciuman kecil
            Menuju kerangka tangan

ll
Sebab mula-mula 
jarak ribuan cahaya melintang.
Kau kegemaran kota
menaiki pengap cuaca
ke luas gelap
rahasia-rahasia

Orang-orang berkisah:
            Hanya disini
            Sebuah potret
            Harum kesturi
            Dan doa-doa
            Kembali
            Ke ujung
            Cakrawala

Yogyakarta, 2022




Sebuah Pertikaian

Kemungkinan,
kota terbangun
dari nyala api
dua perempuan
satu laki-laki

Kemungkinan,
kota hancur
dari buruk
pikiran
orang-orang
segelap dendam

Kemungkinan,
hari akan lebih dekat
dari pintu rumahku
sebab hangat
pelukanmu

Bantul, 2022




Seandainya

Seandainya, sebab-sebab dunia tercipta
dari kuku nabi

Kita kuman bersayap cahaya
tanpa api sukma

Seandainya, sebab-sebab kota tumbuh
dari kematian kucing

Perang adalah bulu-bulu lembut
dan ketakutan hanya bagi para fobia

Seandainya, sebab-sebab kau mencintaiku
dari kegemaran puisi

Ribuan kata berhambur,
makna-makna akan menguasai dan lebur.

Tetapi seandainya hanya kata kerja. Hanya kata yang tak kau duga.

Yogyakarta, 2022




Sebelum Magrib Itu

Hanya sebelum magrib itu
Kaing anjing
                    Seperti doa petapa
Menukar rindu
                    Ke puncak langit tua
Dan kita lebur olehnya

Hanya sebelum magrib itu
Puisi ketakutan
                  Membakar diri
Pada sof musala
                  Agar makna terjaga
Dan kisah-kisah tentang kita menyala

Hanya di magrib itu
Kita menemukan rupa wajah sendiri.

Bantul, 2022




Pengakuan Durupadi

Hutan sembab tubuhmu
garis-garis kenangan

Sebab Durupadi memetik tangkai api
kau membiarkan bening hati
mengubah kutukan Ibu Kunti

Hutan sembab tubuhmu
mempelihara kesia-siaan

Hujan ke tubuhmu
diciptakan api dendam
dari dosa-dosa para pujangga

Hutan sembab tubuhmu
merah awan dunia

Beberapa akar dan kuntum bunga
berpelukan dengan cuaca
aku jelma doa

Hutan sembab tubuhmu
paras kecantikan Pancali

Setelah Kicaka membuka pintu
aku rupa-rupa hati manusia
sakwasangka Wirataparwa

Hutan sembab tubuhmu
lipatan-lipatan peristiwa.

Bantul, 2022





Bagikan:

Penulis →

M. Rifdal Ais Annafis

Lahir di Sumenep. Bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY) serta Prosa Pend. Bahasa & Sastra Indonesia Universitas PGRI Yogyakarta. Buku kumpulan puisinya, Artefak Kota-kota di Kepala (2021). Tulisannya terpublikasi di pelbagai media seperti: Tempo, Duta Masyarakat, Harian Sabah Malaysia, dan lain-lain. Terbaru, 5 Besar Payakumbuh Poetry Festival 2021 serta Juara 1 Cipta Puisi Fak. Bahasa & Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2022.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *